MAKALAH
ASKEP MUSKOLOSKELETAL “GOUT”
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu
Tugas Pelajaran KMB 1V
Disusun Oleh :
Andri Sutiawan
Gina Bayinah
Indrawan
Tita
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KARSA HUSADA
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN GARUT
2012
KATA
PENGANTAR
Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan limpahan
rahmat dan karunia, Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul ASKEP MUSKOLOSKELETAL “GOUT”,
Penulisan makalah ini di
maksudkan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata kuliah KMB IV.
Dalam Penyusunan Makalah ini, tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang
penulis hadapi. Hal ini di sebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan pengetahuan
yang penulis miliki, sehingga masih banyak kekurangan dari segi isi maupun
pembahasan. Walaupun demikian penulis telah berusaha untuk dapat menyelesaikan
Makalah ini dengan semaksimal mungkin.
Pada
kesempatan kali ini pula, izinkan penulis menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak yang telah banyak membantu memberi petunjuk,
pengarahan, bimbingan serta saran-saran positif serta konstruktif hingga
terwujudnya Makalah ini. Terima kasih dan penghargaan yang tertinggi, penulis
haturkan kepada Semua rekan-rekan dan
semua pihak yang telah membantu penyusunan Makalah ini yang tidak mungkin
penulis sebutkan satu pesatu.
Akhir kata Penulis berharap semoga pihak yang telah
membantu penulis dengan keikhlasan dan keridhoannya mendapatkan limpahan rahmat
dan pahala yang berlipat, dan semoga karya yang masih jauh dari Sempurna ini
dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua pihak yang membutuhkan
pada umumnya.
i
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR
…………………………………………… i
DAFTARISI……………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang…………………………………………..….. 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………
2
1.3 Tujuan Penulisan…………………………………................ 2
1.4Manfaat Penulisan…………………………………………… 3
BABIIPEMBAHASAN 2.1Definisi……………………………………………………….. 4
2.2Insiden ………………………………………………………. 4
2.3Etiologi………………………………………………………. 5
2.4Manifestasi Klinis…………………………………………… 5
2.5 Patofisiologi artritis gout…………………………………... 6
2.6 Pemeriksaan Diagnostik……………………………………. 6
2.7
Komplikasi…………………………………………………..
6
2.8 Penatalaksanaan............................................................. 7
BAB III ASUHAN
KEPERAWATAN
3.1Pengkajian………………………………………………….. 9
3.2Pemeriksaan
Fisik………………………………………….. 9
3.3Diagnosa
Keperawatan…………………………………….. 10
3.4Intervensi…………………………………………………… 10
BABIVPENUTUP
A. KESIMPULAN………………………………………………… 14
DAFTAR
PUSTAKA………………………………………….. 15
|
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pengetahuan tentang asuhan keperawatan
muskuloskeletal makin
dibutuhkan mahasiswa ataupun perawat selaku pemberi pelayanan kesehatan. Pergeseran tingkat
pendidikan pada dunia keperawatan di Indonesia menuju era profesionalisasi menjadikan asuhan
keperawatan pada pola asuhan per sistem. Perkembangan asuhan keperawatan sistem
muskoskeletal sendiri sejak lama tidak lepas dari bedah ortopedi, suatu
disiplin ilmu dari bagian medis yang di Indonesia sekarang ini masih belum
dikenal luas oleh masyarakat. Hal ini disebabkan oleh keadaan masih adanya
pereanan yang cukup besar dari ahli urut tulang (khususnya di daerah), yaitu
lebih dari 25% klien berobat ke ahli urut tulang/dukun patah tanpa memnadang
derajat sosial dan pendidikan dan umumnya datang ke rumah sakit setelah timbul
penyulit atau penyakit sudah dalam stadium lanjut. Untuk mengantisipasi masalah
tersebut, salah satu fungsi dari peranan perawat adalah mensosialisasikan pada
masyarakat umum guna mencegah/menghindari hal-hal yang sebenarnya tidak perlu
terjadi.
Oleh karena itu, kami menyusun makalah
yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada
Klien dengan Gangguan Muskuloskeletal: “ Gout “. Dengan harapan sebagai perawat kita
mampu memahami konsep penyakit yang dialami klien dengan gangguan sistem
Muskuloskeletal, khususnya Gout, sehingga kita pun mampu memberi asuhan keperawatan yang
tepat dan konprahensif, yang
meliputi pengenalan konsep anatomi fisiologi, dan patofisiologi sistem
muskuloskeletal, pengkajian untuk menegakkan masalah keperawatan, perencanaan
dan tindakan keperawatan, sampai mengevaluasi hasil asuhan keperawatan pada
masalah sistem muskuloskeletal.
1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah yang kami bahas adalah sebagai berikut :
1. Apa definisi dari Gout?
2. Apa saja ethiologi terjadinya
Gout?
3. Apa saja manifestasi klinis yang
muncul pada Gout?
4. Bagaimana patofisiologi terjadinya
Gout?
5. Apa saja komplikasi yang terjadi
akibat Gout?
6. Bagaimana proses tatalaksana pada
pasien Gout?
7. Bagaimana proses asuhan keperawatan
pada pasien Gout?
1.3 Tujuan Penulisan
A. Tujuan
Umum
Makalah
Asuhan Keperawatan ini dibuat sebagai pedoman atau acuan kami dalam
membandingkan antara teori dan praktik dalam memberikan asuhan keperawatan
terhadap pasien dengan Gout (Asam Urat ), serta untuk mengetahui
informasi-informasi mengenai Gout lebih dalam.
B. Tujuan
Khusus
1. Mengetahui pengertian Gout
2. Mengetahui ethiologi dari Gout
3. Mengetahui manifestasi klinis Gout
4. Mengetahui bagaimana patofisiologi
dari Gout
5. Mengetahui komplikasi dari Gout
6. Mengetahui bagimana tatalaksana pada
pasien Gout
7. Mengetahui cara memberikan asuhan
keperawatan terhadap pasien dengan Gout
2
1.4 Manfaat Penulisan
a.
Bagi
Penulis
Setelah
menyelesaikan makalah ini diharapkan kami sebagai mahasiswa dapat meningkatkan
pengetahuan dan wawasan mengenai penyebab serta upaya pencegahan penyakit Gout
agar terciptanya kesehatan masyarakat yang lebih baik.
b. Bagi Pembaca
Diharapkan
agar pembaca dapat mengetahui tentang Gout lebih dalam sehingga dapat mencegah
serta mengantisipasi diri dari penyakit Gout.
c.
Bagi
Petugas Kesehatan
Diharapkan
dapat menambah wawasan dan informasi dalam penanganan Gout sehingga dapat
meningkatkan pelayanan keperawatan yang baik
d. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat
menambah informasi tentang Gout sehingga tercipta proses belajar mengajar yang
efektif.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Arthritis pirai atau gout adalah arthritis akut dan atau
kronis pada sendi yang disebabkan oleh gangguan pembentukan asam urat ( Tucker
et al, 1998 )
Gout adalah peradangan akibat adanya endapan kristal asam
urat pada sendi (Pusdiknakes, 1995 )
Gout adalah penyakit metebolik yang
ditandai dengan penumpukan asam urat yang nyeri pada tulang sendi, sangat
sering ditemukan pada kaki bagian atas, pergelangan dan kaki bagian tengah. (
Merkie, Carrie. 2005 ).
Gout merupakan penyakit metabolic
yang ditandai oleh penumpukan asam urat yang menyebabkan nyeri pada sendi. (
Moreau, David. 2005 ; 407) .
Gout merupakan kelompok keadaan
heterogenous yang berhubungan dengan defek genetic pada metabolism purin
atau hiperuricemia. ( Brunner & Suddarth. 2001 ; 1810 ).
Jadi, Gout atau sering disebut
“asam urat” adalah suatu penyakit metabolik dimana tubuh tidak dapat mengontrol
asam urat sehingga terjadi penumpukan asam urat yang menyebabkan rasa nyeri
pada tulang dan sendi. (Kesimpulan Kelompok).
2.2 Insiden
95% penderita Gout ditemukan pada pria. Gout sering
menyerang wanita post menopouse usia 50 – 60 tahun. Juga dapat menyerang
laki-laki usia pubertas dan atau usia di atas 30 tahun. Penyakit ini paling
sering mengenai sendi metatrsofalangeal, ibu jari kaki, sendi lutut dan
pergelangan kaki.
4
2.3 Etiologi
Gout
disebabkan oleh adanya kelainan metabolik dalam pembentukan purin atau ekresi
asam urat yang kurang dari ginjal yang menyebabkan hyperuricemia. Hyperuricemia
dalam hal ini disebabkan oleh :
ü Hiperproduksi asam urat yang berlebihan.
·
Gout
primer metabolic disebabkan distensi langsung yang bertambah.
·
Gout
sekunder metabolic disebabkan pembentukan asam urat berlebih karena penyakit
lain. Seperti leukemia.
ü Hiposekresi asam urat yang biasanya
dikarenakan gangguan fungsi ginjal
2.4 Manifestasi Klinis
Gout
berkembang dalam 4 tahap :
1. Tahap Asimptomatik : Pada tahap ini kadar asam urat
dalam darah meningkat, tidak menimbulkan gejala.
2. Tahap Akut : Serangan akut pertama datang
tiba-tiba dan cepat memuncak, umumnya terjadi pada tengah malam atau menjelang
pagi. Serangan ini berupa rasa nyeri yang hebat pada sendi yang terkena,
mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan perlahan-lahan akan sembuh spontan
dan menghilang dengan sendirinya dalam waktu 14 hari.
3. Tahap Interkritikal : Pada tahap ini penderita dapat
kembali bergerak normal serta melakukan berbagai aktivitas olahraga tanpa
merasa sakit sama sekali. Kalau rasa nyeri pada serangan pertama itu hilang
bukan berarti penyakit sembuh total, biasanya beberapa tahun kemudian akan ada
serangan kedua. Namun ada juga serangan yang terjadi hanya sekali sepanjang
hidup, semua ini tergantung bagaimana sipenderita mengatasinya.
4. Tahap Kronik : Tahap ini akan terjadi bila penyakit
diabaikan sehingga menjadi akut. Frekuensi serangan akan meningkat 4-5 kali
setahun tanpa disertai masa bebas serangan. Masa sakit menjadi lebih panjang
bahkan kadang rasa nyerinya berlangsung terus-menerus disertai bengkak dan kaku
pada sendi yang sakit.
Tanda
yang mungkin muncul:
5
§ Tampak deformitas dan tofus subkutan
§ Terjadi penimbunan Kristal
urat pada sendi-sendi dan juga pada ginjal
§ Terjadi ureni akibat penimbunan urat
pada ginjal
§ Mikroskopik tampak Kristal-kristal
urat di sekitar daerah nekrosis
2.5 Patofisiologi artritis gout
Adanya
gangguan metabolisme purin
Akumulasi
asam urat yang berlebihan dalam darah
Kristal
asam urat menumpuk dalam tubuh
Menimbulkan
iritasi lokal pada sendi
Menimbulkan
respons inflamasi
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan laboratorium
Kadar
asam urat yang tinggi dalam darah (>6 mg%). Kadar asam urat normal dalam
serum pria 8 mg% dan wanita 7 mg%. kadar asama urat dalam urin juga tinggi ( 500
mg%/liter per 24 jam )
2. Pemeriksaan cairan tofi
3. Pemeriksaan
cairan sendi = Gold Standard, ditemukan kristal yang mengendap pada sendi
4. Rontgen, adanya tofus pada tulang
dan juga persendian
2.7
Komplikasi
§ Ginjal
o Batu ginjal
o Gagal ginjal
akut / kronis
§ Kardiovaskuler
o Hipertensi
·
Payah jantung
·
6
§ Penyakit
metabolik lain
o Diabetes
o Hiperlipidemia
2.8 Penatalaksanaan
ü Penatalaksanaan non medik
1. Pola diet
·
Golongan A ( 150 - 1000 mg purin/ 100g ) :
Hati, ginjal, otak, jantung, paru, lain-lain jerohan,
udang, remis, kerang, sardin, herring, ekstrak daging, ragi (tape), alkohol,
makanan dalam kaleng
·
Golongan B ( 50 - 100 mg purin/ 100g ) :
Ikan yang tidak termasuk gol.A, daging sapi,
kacang-kacangan kering, kembang kol, bayam, asparagus, buncis, jamur, daun
singkong, daun pepaya, kangkung
·
Golongan C ( < 50mg purin/ 100g ) :
Keju, susu, telur, sayuran lain, buah-buahan
2. Bahan
makanan yang diperbolehkan :
·
Semua bahan makanan sumber karbohidrat, kecuali havermout (dalam jumlah
terbatas)
·
Semua jenis buah-buahan
·
Semua jenis minuman, kecuali yang mengandung alkohol
·
Semua macam bumbu
3. Tirah baring
Merupakan
suatu keharusan dan diteruskan sampai 24 jam setelah serangan menghilang. Goat
dapat kampuh bila terlalu cepat bergerak.
§ Penatalaksanaan medik
a. Fase akut
b. Obat yang digunakan:
7
1. Colchisin
2. Phenilbutazone
3. Indomethacin
c. Pengobatan jangka panjang terhadap
hyperuricemia untuk mencegah komplikasi
1. Gol. Urikosurik
·
Proberasid
: menurunkan asam urat dalam serum
·
Sulfinpirazon
: merupakan dirivat pirazolon
·
Azapropazon
: mempunyai efek antiinflamasi
·
Bensbromaron
: menurunkan kadar asam urat menghambat penyerapan kembalinasam urat pada
bagian tubulus renalis.
2. Inhibitor xantin (aloporinol)
Suatu inhibitor oksidase poten ,bekerja
mencegah konversi Hipoxantin menjadi xantin, dan korversi xantin menjadi asam
urat.
8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas
Meliputi
nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan,
golongan darah, nomor register, tanggal MRS dan diagnose medis.
2. Keluhan utama
Umumnya
pada kasus Gout nyeri pada sendi ibu jari kaki.
3. Riwayat penyakit sekarang
Pengumpulan
data dilakukan sejak munculnya keluhan dan secara umum mencakup gejala.
4. Riwayat penyakit dahulu
Pada
pengkajian ini ditanyakan kemungkinan penyebab yang mendukung terjadinya gout,
pernahkan klien dirawat dengan kasus yang sama, kaji adanya pemakaian alcohol
yang berlebihan dan penggunaan obat diuretic.
5. Riwayat penyakit keluarga
Kaji
adanya keluarga yang mempunyai riwayat keluhan yang sama dan riwayat
penyakit yang lainnya.
6. Riwayat psikososial
Kaji
respon emosi klien terhadap penyakit yang diderita dan peran klien dalam
keluarga dan masyarakat.
3.2 Pemeriksaan Fisik
1. B1 (Breathing)
§ Inspeksi : biasanya ditemukan
kesimetrisan rongga dada, tidak sesak napas dan tidak menggunakan alat bantu
napas
9
§ Palpasi : traktil fremitus seimbang
kanan dan kiri
§ Perkusi : suara resonan pada seluruh
lapang paru
§ Auskultasi : suara napas hilang atau
melemah pada sisi yang sakit. Biasanya mendapatkan suara ronkhi atau mengi
2. B2 (Blood)
CRT
< 1 detik, keringat dingin, pusing karena nyeri,suara S1 dan S2 tunggal
3. B3 ( Brain)
Adanya
sianosis, sklera tidak ikterik, konjungtiva anemis
4. B4 (Bladder)
Produksi
urin dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada system perkemihan kecuali
penyakit gout sudah mengalami komplikasi ke ginjal berupa pielonefritis, batu
asam urat dan gagal ginjal kronik
5. B5 (Bowel)
Kebutuhan
eliminasi tidak terganggu tetapi perlu dikaji karakteristik dari feses. Klien
biasanya mual, mengalami nyeri lambung dan tidak nafsu makan pada klien yang
memakan obat analgesic dan anthiperurisemia.
6. B6 (Bone)
Adanya
nyeri tekan pada sendi kaki yang membengkak, hambatan gerak sendi biasanya
tambah berat
3.3 Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri
berhubungan dengan proses inflamasi
2. Gangguan peningkatan suhu tubuh
berhubungan dengan proses inflamasi
3. Gangguan mobilisasi fisik
berhubungan dengan proliferasi synovial
4. Gangguan citra diri berhubungan
dengan perubahan bentuk tubuh, tulang dan sendi
3.4 Intervensi
1. Diagnosa I : Gangguan rasa nyaman
nyeri berhubungan dengan proses inflamasi
Tujuan
: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan nyeri
berkurang
KH
: klien terlihat lebih rileks, skala nyeri 0-1 atau teratasi
Intervensi
:
10
·
Kaji
lokasi nyeri, intensitas tipe nyeri dan skala nyeri
R/
: untuk memudahkan melakukan pengobatan
·
Ajarkan
teknik relaksasi yang terkait ketegangan otot rangka yang dapat mengurangi
intensitas nyeri.
R/
: akan melancarkan peredaran darah sehingga kebutuhan oksigen pada jaringan
terpenuhi dan mengurangi nyeri
·
Ajarkan
metode distraksi
R/
: untuk mengalihkan perhatian terhadap nyeri ke hal yang menyenangkan
·
Tingkatkan
pengetahuan tentang penyebab nyeri
R/:
membantu mengurangi nyeri dan meningkatkan kepatuhan klien terhadap rencana
terapeutik
·
Hindarkan
klien minum alcohol, cafein, dan obat diuretic
R/
: pemakaian alcohol, cafein, dan obat diuretic akan menambah peningkatan kadar
asam urat dalam serum
·
Kolaborasi:
pemberian alopurinol
R/:
menghambat biosintesis asam urat sehingga menurunkan kadar asamurat dalam
serum.
2. Diagnosa II : Gangguan peningkatan
suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam panas berkurang
KH
: Suhu 36o cc – 37o cc, klien bebas demam
Intervnsi
:
§ Kaji saat timbulnya demam
R/:
Identifikasi pola dan tingkat demam
§ Observasi tanda-tanda vital : suhu,
nadi, tekanan darah, tekanan darah, respiratory rate setiap 3 jam
R/:
TTV merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum klien
§ Anjurkan klien untuk banyak minum ±
2,5-3 liter/hari
R/:
Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan cairan sehingga perlu diimbangi
dengan asupan cairan yang cukup
11
§ Berikan kompres dingin dan anjurkan
memakai pakaian tipis
R/:
kompres dingin membantu menurunkan suhu tubuh, pakaian tipis akan membantu
meningkatkan penguapan panas tubuh
§ Kolaborasi dengan tim medis untuk
pemberian obat antipiretik
R/:
Antipiretik yang mempunyai reseptor di hipotalamus dapat meregulasi suhu tubuh
sehingga suhu tubuh dapat di upayakan mendekati suhu normal
3. Diagnosa III : Gangguan mobilisasi
fisik berhubungan dengan prolifersi synovial
Tujuan
: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan klien mampu
melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya
KH
: kekuatan otot bertambah, tidak mengalami kontraktur sendi
Intervensi
:
·
Kaji
mobilitas yang ada dan observasi adanya peningkatan kerusakan
R/:
Untuk mengetahui tingkat kemampuan dalam melakukan aktivitas
·
Ajarkan
klien melakukan latihan gerak aktif pada ekstermitas yang tidak sakit
R/:
Gerakan aktif memberi masa tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi
jantung dan pernapasan
·
Bantu
klien melakukan latihan ROM
R/:
Untuk mempertahankan fleksibilitas sendi sesuai kemampuan
·
Pantau
kemajuan dan perkembangan kemampuan klien dalam melakukan aktivitas
R/:
untuk mengkaji perkembangan klien
·
Kolaborasi
dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien
R/:
kemampuan mobilisasi ekstermitas dapat ditingkatkan dengan latihan fisik dari
tim fisioterapi
12
4. Diagnosa IV : Gangguan citra diri
berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh, tulang dan sendi
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 1x24 jam klien dapat
meningkatkan percaya diri nya dan mulai menerima keadaan patologisnya
KH
: Klien menyatakan penerimaan diri dalam situasi, bekerja sama dalam perubahan
konsep diri tanpa pandangan negative harga diri
Intervensi
:
§ Kaji respon klien terhadap penyakit
yang di alami
R/:
Mengetahui keluhan klien dan mempermudah melakukan asuhan keperawatan
selanjutnya
§ Bersikap realistis dan positif
selama pengobatan dan pada penyuluhan kesehatan
R/:
Meningkatkan kepercayaan dan mengadakan hubungan antara pasien dan perawat
§ Berikan harapan dalam parameter
situasi individu, jangan memberikan keyakinan yang salah
R/:
Meningkatkan perilaku positif dan memberikan kesempatan untuk menyusun tujuan
dan rencana untuk masa depan berdasarkan realitas
§ Berikan penguatan positif terhadap
kemajuan dan dorong usaha untuk mengikut tujuan rehabilitasi
R/:
Kata-kata penguatan dapat mendukung terjadinya perilaku koping positif
§ Dorong interaksi keluarga dan dengan
tim rehabilitasi
R/:
Mempertahankan komunikasi dan memberikakn dukungan terus menerus pada pasien
dan keluarga
13
BAB III
PENUTUP
v Kesimpulan
Gout adalah cairan asam urat dalam
tubuh yang mengalami peningkatan yang disebabkan oleh hiperproduksi dan
hiposekresi asam urat yang menimbulkan hyperurisemia.
Cairan asam urat tersebut terakumulasi dan membentuk
Kristal-kristal yang bersifat korosif sehingga menimbulkan peradangan, tofus
dan nyeri pada tulang dan juga persendian.
14
DAFTAR PUSTAKA
Anggota
IKAPI. 1998. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 25. Jakarta ; EGC
Brunner
& Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Doenges, Marilynn E, Mary Frances Moorhouse dan Alice C.
Geisser. (1999). Rencana
asuhan keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian
perawatan pasien. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC)
Drs.
H. Syaifuddin, AMK. 2006. Anatomi Fisiologi. Jakarta : EGC
Lukman, Ningsih Nurna. 2009. Asuhan
Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta:
Salemba Medika
Arief Mansjoer,dkk.1999. Kapita
Selekta Kedokteran. Jilid 1. Ed. 3. Penerbit Media Esculapius FKUI.
Jakarta.
Price
& Wilson. 2006. Patofisologi, konsep klinis proses-proses penyakit.
Jakarta : EGC
Suratun,
Heryati dkk. 2008. Klien Gangguan Sistem Muskuloskeleta. Jakarta : EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar