Kamis, 22 November 2012

MAKALAH IMUNISASI


MAKALAH
IMUNISASI
Di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Kedokteran Klinik


Di susun oleh :
Kelompok 2
Andri Sutiawan
Desmyati Alfa
Gina Bayinah
Indrawan
Tita


STIKes Karsa Husada Garut
DIII Keperawatan
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini.Tidak lupa saya ucapkan kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari sempurna dan disana sini masih banyak kekurangan dan, oleh sebab itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Pada kesempatan ini juga kami tak lupa mengucapkan terima kasih.Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman.Amin.












i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………          i
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………..           ii
BAB I PENDAHULUAN
            A.Latar Belakang ………………………………………………………………           1
            B.Pembahasan Masalah ……………………………………………………….            2
BAB II PEMBAHASAN
            A.Pengertian Imunisasi ……………………………………………………….             3
            B.Tujuan Pemberian Imunisasi ……………………………………………….             3
            C.Jenis-Jenis Imunisasi ……………………………………………………….             3
            D.Efek Imunisasi ……………………………………………………………..             9
            E.Penyakit – Penyakit Yang Ditimbulkan Pada Anak Yang Tidak Di Imunisasi        14
            F. Imuisasi MMR ……………………………………………………………..           20
            G.Penyakit Yang Kemungkinan Akan Ada Bila Tidak Mendapat Imunisasi MMR   21
            H. Jadwal Pemberian Imunisasi ……………………………………………….          28
BAB III PENUTUP
            A.KESIMPULAN ……………………………………………………………..         33
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………..         34     









           

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Tuhan menciptakan setiap makhluk hidup dengan kemampuan untuk mempertahankan diri terhadap ancaman dari luar dirinya.Salah satu ancaman terhadap manusia adalah penyakit,terutama penyakit infeksi yang di bawa oleh berbagai macam mikroba seperti virus,bakteri,parasit,jamur.Tubuh mempunyaicara dan alat untuk mengatasi penyakit sampai batas tertentu. Beberapa jenis penyakit seperti pilek, batuk, dan cacar air dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan. Dalam hal ini dikatakan bahwa sistem pertahanan tubuh (sistem imun) orang tersebut cukup baik untuk mengatasi dan mengalahkan kuman-kuman penyakit itu. Tetapi bila kuman penyakit itu ganas, sistem pertahanan tubuh (terutama pada anak-anak atau padaorang dewasa dengan daya tahan tubuh yang lemah) tidak mampu mencegah kuman itu berkembangbiak sehingga dapat mengakibatkan penyakit berat yang membawa kepada cacat atau kematian.
Apakah yang dimaksudkan dengan sistem imun? Kata imun berasal dari bahasa Latin ‘immunitas’yang berarti pembebasan (kekebalan)
yang diberikan kepada parasenator Romaw selama masa jabatan mereka terhadapkewajiban sebagaiwarganegara biasa dan terhadap dakwaan
Dalam sejarah istilah inikemudian berkembang sehingga pengertiannya berubah menjadi perlindunganterhadap penyakit, dan lebih spesifik lagi, terhadap penyaki menular. Sistem imunadalah suatu sistem dalam tubuh yang terdiri dari sel-sel serta produk zat-zat yangdihasilkannya, yang bekerja sama secara kolektif dan terkoordinir untuk melawan benda asing seperti kuman-kuman penyakit atau racunnya, yang masuk ke dalam tubuh.



1
Kuman disebut antigen. Pada saat pertama kali antigen masuk ke dalam tubuh,maka sebagai reaksinya tubuh akan membuat zat anti yang disebut dengan antibodi.Pada umumnya, reaksi pertama tubuh untuk membentuk antibodi tidak terlalu kuat,karena tubuh belum mempunyai "pengalaman." Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3dan seterusnya, tubuh sudah mempunyai memori untuk mengenali antigen tersebut sehingga pembentukan antibodi terjadi dalam waktu yang lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih banyak.
Itulah sebabnya pada beberapa jenis penyakit yang dianggap berbahaya dilakukan tindakan imunisasi atau vaksinas.Hal inidimaksudkan sebagai tindakan pencegahan agar tubuh tidak terjangkit penyakittersebut, atau seandainya terkena pun, tidak akan menimbulkan akibat yang fatal.
Imunisasi ada dua macam, yaitu imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikandengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri. Contohnyaadalah imunisasi polio atau campak. Sedangkan imunisasi pasif adalah penyuntikansejumlah antibodi, sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat. Contohnyaadalah penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang yang mengalami lukakecelakaan. Contoh lain adalah yang terdapat pada bayi yang baru lahir dimana bayitersebut menerima berbagai jenis antibodi dari ibunya melalui darah placenta selamamasa kandungan, misalnya antibodi terhadap campak.
B.Pembahasan Masalah :
1.Pengertian Imunisasi
2.Penyakit-penyakit yang di timbulkan pada anak yang tidak di imunisasi
3.Imunisasi Mmr
4.Penyakit-penyakit yang di timbulkan pada anak yang kemungkinan akan di alami bila  tidak mendapat Imunisasi Mmr
5.Jadwal pemberian imunisasi



                                                                             2
BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit denganmemasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedangmewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikankekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya.Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistemkekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadapserangan penyakit berbahaya. Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapiharus dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangatmembahayakan kesehatan dan hidup anak.
B.Tujuan Pemberian Imunisasi
Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya Beberapa penyakit yangdapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti hepatitis B, campak, polio, difteri,tetanus, batuk rejan, gondongan, cacar air, tbc, dan lain sebagainya.
C.Jenis-Jenis Imunisasi
1.BCG
2.Hepatitis B
3.Polio
4.DTP
5.Campak



3
1. Imunisasi BCG
Kepanjangan BCG ? Mungkin karena susah mengucapkannya makanya jarangyang hafal kepanjangannya. Bacillus Calmette-Guerin. BCG adalah vaksin untuk mencegah penyakit TBC, orang bilang flek paru. Meskipun BCG merupakan vaksinyang paling banyak di gunakan di dunia (85% bayi menerima 1 dosis BCG padatahun 1993), tetapi perkiraan derajat proteksinya sangat bervariasi dan belum ada penanda imunologis terhadap tuberculosis yang dapat dipercaya.
Royan said : maksudnya, kekebalan yang dihasilkan dari imunisasi BCG ini bervariasi. Dan tidak ada pemerikasaan laboratorium yang bisa menilai kekebalanseseorang pada penyakit TBC setelah diimunisasi. Berbeda dengan imunisasihepatitis B, kita bisa memeriksa titer anti-HBsAg pada laboratotrium, bila hasilnya >10 μg dianggap memiliki kekebalan yang cukup terhadap hepatitis B.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kemampuan proteksi BCG berkurang jika telah ada sensitisasi dengan mikobakteria lingkungan sebelumnya,tetapi data ini tidak konsisten.
Royan said : maksudnya, kalau sih anak sudah kemasukkan kuman TBCsebelum diimunisasi, proses pembentukan antibbodi setelah diimunisasi kurangmemuaskan.
Karena itu, BCG dianjurkan diberikan umur 2-3 bulan) atau dilakukan ujituberkulin dulu (bila usia anak lebih dari 3 bulan.IDAI) untuk mengetahui apakahanak telah terinfeksi TBC atau belum (lihat jadwal imunisasi) Dan lagi, kekebalanuntuk penyakit TBC tidak diturunkan dari ibu ke anak (imunitas seluler), karena ituanak baru lahir tidak punya kekebalan terhadap TBC. Makanya ibu-ibu harus segeramemberikan imunisasi BCG buat anaknya.
Perlu diketahui juga, derajat proteksi imunisasi BCG tidak ada hubungannyadengan hasil tes tuberkulin sesudah imunisasi dan ukuran parut (bekas luka suntikan)dilengan. Jadi tidak benar kalau parutnya kecil atau tidak tampak maka imunisasinyadianggap gagal.

4
Imunsasi BCG diberikan dengan dosis 0,05 ml pada bayi kurang dari 1 tahun,dan 0,1 ml pada anak. Disuntikkan secara intrakutan.
Royan said : maksudnya disuntikkan ke dalam lapisan kulit (bukan di otot).Bila penyuntikan benar, akan ditandai kulit yang menggelembung.BCG ulang tidak dianjurkan karena manfaatnya diragukan.
BCG tidak dapatdiberikan pada penderita dengan gangguan kekebalan seperti pada penderita lekemia(kanker darah), anak dengan pengobatan obat steroid jangka panjang dan penderitainfeksi HIV.
(Sumber : system imun,imunisasi,dan penyakit imun. Prof.Dr.dr. A. Samik Wahab, Spa(K). Widya Medika)
2.Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B ini juga merupakan imunisasi yang diwajibkan, lebihdari 100 negara memasukkan vaksinasi ini dalam program nasionalnya. Jikamenyerang anak, penyakit yang disebabkan virus ini sulit disembuhkan. Bila sejak lahir telah terinfeksi virud hepatitis B (VHB) dapat menyebabkan kelainan-kelainanyang dibawanya terus hingga dewasa. Sangat mungkin terjadi sirosis atau pengerutanhati.
Banyak jalan masuk virus hepatitis B ke tubuh si kecil. Yang potemsialmelalui jalan lahir. Cara lain melalui kontak dengan darah penderita, semisal transfusidarah. Bisa juga melali alat-alat medis yang sebelumnya telah terkontaminasi darahdari penderita hepatitis B, seperti jarum suntik yang tidak steril atau peralatan yangada di klinik gigi. Bahkan juga bisa lewat sikat gigi atau sisir rambut yang digunakanantar anggota keluarga.
Malangnya, tak ada gejala khas yang tampak secara kasat mata. Bahkan olehdokter sekalipun. Fungsi hati kadang tak terganggu meski sudah mengalami sirosis.Anak juga terlihat sehat, nafsu makan baik, berat badan juga normal. Penyakit barudiketahui setelah dilakukan pemeriksaan darah.



5
Upaya pencegahan adalah langkah terbaik. Jika ada salah satu anggotakeluarga dicurigai kena Virus Hepatitis B, biasanya dilakukan screening terhadapanak-anaknya untuk mengetahui apakah membawa virus atau tidak. Selain itu,imunisasi merupakan langkah efektif untuk mencegah masuknya virus hepatitis B.
Jumlah Pemberian Sebanyak 3 kali, dengan interval 1 bulan antara suntikan pertama dan kedua, kemudian 5 bulan antara suntikan kedua dan ketiga.
Usia Pemberian Sekurang-kurangnya 12 jam setelah lahir. Dengan syarat,kondisi bayi stabil, tak ada gangguan pada paru-paru dan jantung. Dilanjutkan padausia 1 bulan, dan usia 3-6 bulan. Khusus bayi yang lahir dari ibu pengidap VHB,selain imunisasi tsb dilakukan tambahan dengan imunoglobulin antihepatitis B dalamwaktu sebelum usia 24 jam
Lokasi Penyuntikan Pada anak di lengan dengan cara intramuskuler.Sedangkan pada bayi di paha lewat anterolateral (antero= otot-otot bagian depan,lateral= otot bagian luar). Penyuntikan di bokong tidak dianjurkan karena bisamengurangi efektivitas vaksin.
Tanda Keberhasilan:Tak ada tanda klinis yang dapat dijadikan patokan. Namun dapat dilakukan pengukuran keberhasilan melalui pemeriksaan darah denganmengecek kadar hepatitis B-nya setelah anak berusia setahun. Bila kadarnya di atas1000, berarti daya tahanya 8 tahun; diatas 500, tahan 5 tahun; diatas 200 tahan 3tahun. Tetapi kalau angkanya cuma 100, maka dalam setahun akan hilang. Sementara bila angkanya 0 berarti si bayi harus disuntik ulang 3 kali lagi.
Tingkat Kekebalan: Cukup tinggi, antara 94-96%. Umumnya setelah 3 kalisuntikan, lbih dari 95% bayi mengalami respons imun yang cukup.
Indikator Kontra: Tak dapat diberikan pada anak yang sakit berat
3.Polio
Imunisasi polio ada 2 macam, yang pertama oral polio vaccine atau yang sering dilihat dimana mana yaitu vaksin tetes mulut.


5
Sedangkan yang keduainactivated polio vaccine, ini yang disuntikkan. Kalo yang tetes mudah diberikan,murah dan mendekati rute penyakit aslinya, sehingga banyak digunakan. Kalo yang injeksi efek proteksi lebih baik tapi mahal dan tidak punya efek epidemiologis. Selain itu saat ini MUI telah mengeluarkan fatwa agar pemakaian vaksin polio injeksi hanya ditujukan pada penderita yang tidak boleh mendapat vaksin polio tetes karena dayatahan tubuhnya lemah Polio atau lengkapnya poliomelitis adalah suatu penyakit radang yang menyerang saraf dan dapat menyebabkan lumpuh pada kedua kaki. Walaupun dapat sembuh, penderita akan pincang seumur hidup karena virus ini membuat otot-otot lumpuh dan tetap kecil.
Di wikipedia dijelaskan bahwa Polio sudah dikenal sejak zaman pra sejarah. Lukisan dinding di kuil-kuil Mesir kuno menggambarkan orang-orang sehat dengan kaki layu yang berjalan dengan tongkat. Kaisar Romawi Claudius terserang polio ketika masih kanak-kanak dan menjadi pincang seumur hidupnya.
Virus polio menyerang tanpa peringatan merusak system saraf menimbulkan kelumpuhan permanen,biasanya pada kaki.
Sejumlah besar penderita meninggal karena tidak dapat menggerakkan otot pernapasan. Ketika polio menyerang Amerika selama dasawarsa seusai Perang Dunia II, penyakit itu disebut ‘momok semua orangtua’, karena menjangkiti anak-anak terutama yang berumur di bawah lima tahun. Disana para orang tua tidak membiarkan anak mereka keluar rumah, gedung-gedung bioskop dikunci, kolam renang, sekolah dan bahkan gereja tutup.
Virus polio menular secara langsung melalui percikan ludah penderita ataumakanan dan minuan yang dicemari.
Pencegahannya dengan dilakukan menelan vaksin polio 2 (dua) tetes setiapkali sesuai dengan jadwal imunisasi.




6
4.DTP
            Deskripsi Vaksin Jerap DTP adalah vaksin yang terdiri dari toksoid difteri dan tetanus yang dimurnikan, serta bakteri pertusis yang telah diinaktivasi yangteradsorbsi ke dalam 3 mg / ml Aluminium fosfat. Thimerosal 0,1 mg/ml digunakansebagai pengawet. Potensi vaksin per dosis tunggal sedikitnya 4 IU pertussis, 30 IUdifteri dan 60 IU tetanus. Indikasi Untuk Imunisasi secara simultan terhadap difteri, tetanus dan batuk rejan.
        Komposisi Tiap ml mengandung Toksoid difteri yang dimurnikan 40 Lf Toksoid tetanus yang dimurnikan 15 Lf B, pertussis yang di inaktivasi 24 OUAluminium fosfat 3 mg Thimerosal 0,1 mg. Dosis dan cara pemberiaan vaksin harus di kocok dulu  untuk menghomogenkan suspensi. Vaksin harus disuntikkan secara intramuskuler atausecara subkutan yang dalam. Bagian anterolateral paha atas merupakan bagian yangdirekomendasikan untuk tempat penyuntikkan. (Penyuntikan di bagian pantat padaanak-anak tidak direkomendasikan karena dapat mencederai syaraf pinggul). Tidak  boleh disuntikkan pada kulit karena dapat menimbulkan reaksi lokal. Satu dosisadalah 0,5 ml. Pada setiap penyuntikan harus digunakan jarum suntik dan syringeyang steril.
Di negara-negara dimana pertussis merupakan ancaman bagi bayi muda,imunisasi DTP harus dimulai sesegera mungkin dengan dosis pertama diberikan padausia 6 minggu dan 2 dosis berikutnya diberikan dengan interval masing-masing 4minggu. Vaksin DTP dapat diberikan secara aman dan efektif pada waktu yang bersamaan dengan vaksinasi BCG, Campak, Polio (OPV dan IPV), Hepatitis B, Hib.dan vaksin Yellow Fever.
Kontraindikasi Terdapat beberapa kontraindikasi yang berkaitan dengansuntikan pertama DTP. Gejala-gejala keabnormalan otak pada periode bayi baru lahir atau gejala-gejala serius keabnormalan pada saraf merupakan kontraindikasi dari komponen pertussis. Imunisasi DTP kedua tidak boleh diberikan kepada anak yangmengalami gejala-gejala parah pada dosis pertama DTP.
7
Komponen pertussis harus dihindarkan, dan hanya dengan diberi DT untuk meneruskan imunisasi ini. Untuk individu penderita virus human immunodefficiency (HIV) baik dengan gejalamaupun tanpa gejala harus diberi imunisasi DTP sesuai dengan standar jadual tertentu.
5.Campak
          Imunisasi campak sebenarnya bayi sudah mendapatkan kekebalan campak dari ibunya. Namun seiring bertambahnya usia, antibodi dari ibunya semakin menurun sehingga butuh antibodi tambahan lewat pemberian vaksin campak. Apalagi penyakit campak mudah menular, dan mereka yang daya tahan tubuhnya lemahgampang sekali terserang penyakit yang disebabkan virus Morbili ini. Untungnya campak hanya diderita sekali seumur hidup. Jadi, sekali terkena campak, setelah itu biasanya tak akan terkena lagi.
Penularan campak terjadi lewat udara atau butiran halus air ludah (droplet) penderita yang terhirup melalui hidung atau mulut. Pada masa inkubasi yang berlangsung sekitar 10-12 hari, gejalanya sulit dideteksi. Setelah itu barulah munculgejala flu (batuk, pilek, demam), mata kemerahabn dan berair, si kecil pun merasasilau saat melihat cahaya. Kemudian, disebelah dalam mulut muncul bintik-bintik  putih yang akan bertahan 3-4 hari. Beberapa anak juga mengalami diare. satu-duahari kemudian timbul demam tinggi yang turun naik, berkisar 38-40,5 derajat celcius.
Seiring dengan itu barulah muncul bercak-bercak merah yang merupakan cirikhas penyakit ini. Ukurannya tidak terlalu besar, tapi juga tidak terlalu kecil.Awalnya haya muncul di beberapa bagian tubuh saja seperti kuping, leher, dada,muka, tangan dan kaki. Dalam waktu 1 minggu, bercak-bercak merah ini hanya di beberapa bagian tibih saja dan tidak banyak.
Jika bercak merah sudah keluar, umumnya demam akan turun dengansendirinya. Bercak merah pun akan berubah menjadi kehitaman dan bersisik, disebuthiperpigmentasi.


                                                                                       8
Pada akhirnya bercak akan mengelupas atau rontok atau sembuhdengan sendirinya. Umumnya dibutuhkan waktu hingga 2 minggu sampai anak sembuh benar dari sisa-sisa campak. Dalam kondisi ini tetaplah meminum obat yangsudah diberikan dokter. Jaga stamina dan konsumsi makanan bergizi. Pengobatannya bersifat simptomatis, yaitu mengobati berdasarkan gejala yang muncul. Hingga saatini, belum ditemukan obat yang efektif mengatasi virus campak.
Jika tak ditangani dengan baik campak bisa sangat berbahaya. Bisa terjadikomplikasi, terutama pada campak yang berat. Ciri-ciri campak berat, selain bercaknya di sekujur tubuh, gejalanya tidak membaik setelah diobati 1-2 hari.Komplikasi yang terjadi biasanya berupa radang paru-paru dan radang otak.Komplikasi ini yang umumnya paing sering menimbulkan kematian pada anak.
Usia dan Jumlah Pemberian Sebanyak 2 kali; 1 kali di usia 9 bulan, 1 kali diusia 6 tahun. Dianjurkan, pemberian campak ke-1 sesuai jadwal. Selain karenaantibodi dari ibu sudah menurun di usia 9 bulan, penyakit campak umumnyamenyerang anak usia balita. Jika sampai 12 bulan belum mendapatkan imunisasicampak, maka pada usia 12 bulan harus diimunisasi MMR (Measles Mump Rubella).
D.Efek Imunisasi
1.Efek Imunisasi
Imunisasi memang penting untuk membangun pertahanan tubuh bayi. Tetapi,orangtua masa kini seharusnya lebih kritis terhadap efek samping imunisasi yangmungkin menimpa Si Kecil.
Pertahanan tubuh bayi dan balita belum sempurna. Itulah sebabnya pemberian imunisasi, baik wajib maupun lanjutan, dianggap penting bagi mereka untuk membangun pertahanan tubuh. Dengan imunisasi, diharapkan anak terhindar dari berbagai penyakit yang membahayakan jiwanya.



9
Di lain pihak, pemberian imunisasi kadang menimbukan efek samping.Demam tinggi pasca-imunisasi DPT, misalnya, kerap membuat orangtua was-was.Padahal, efek samping ini sebenarnya pertanda baik, karena membuktikan vaksinyang dimasukkan ke dalam tubuh tengah bekerja. Namun, kita pun tidak bolehmenutup mata terhadap fakta adakalanya efek imunisasi ini bisa sangat berat, bahkan berujung kematian. Realita ini, menurut Departemen Kesehatan RI disebut "KejadianIkutan Pasca Imunisasi"(KIPI). Menurut Komite Nasional Pengkajian danPenanggulangan (KN PP) KIPI, KIPI adalah semua kejadian sakit dan kematian yangterjadi dalam masa satu bulan setelah imunisasi.
2.Tidak Ada yang Bebas Efek Samping
Menurut Komite KIPI, sebenarnya tidak ada satu pun jenis vaksin imunisasiyang aman tanpa efek samping. Oleh karena itu, setelah seorang bayi diimunisasi, iaharus diobservasi terlebih dahulu setidaknya 15 menit, sampai dipastikan tidak terjadiadanya KIPI (reaksi cepat).Selain itu, menurut Prof. DR. Dr. Sri Rejeki Hadinegoro SpA.(K), untuk menghindari adanya kerancuan antara penyakit akibat imunisasi dengan yang bukan,maka gejala klinis yang dianggap sebagai KIPI dibatasi dalam jangka waktu tertentu.
"Gejala klinis KIPI dapat timbul secara cepat maupun lambat. Dilihat dari gejalanya pun, dapat dibagi menjadi gejala lokal, sistemik, reaksi susunan saraf pusat, sertareaksi lainnya," terang Ketua Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)ini.
Pada umumnya, semakin cepat KIPI terjadi, semakin cepat gejalanya. Pada keadaan tertentu lama pengamatan KIPI dapat mencapai masa 42 hari (pasca-vaksinasi rubella), bahkan 42 hari (pasca-vaksinasi campak dan polio). Reaksi juga bisa diakibatkan reaksi simpang (adverse events) terhadap obat atau vaksin, atau kejadian lain yang bukan akibat efek langsung vaksin, misalnya alergi. "Pengamatan juga ditujukan untuk efek samping yang timbul akibat kesalahan teknik pembuatan, pengadaan, distribusi serta penyimpanan vaksin. Kesalahan prosedur dan teknik  pelaksanaan imunisasi, atau semata-mata kejadian yang timbul kebetulan," demikian Sri.


10
Penelitian Vaccine Safety Committee, Institute of Medicine (IOM), AS,melaporkan, sebagian besar KIPI terjadi karena faktor kebetulan. "Kejadian yang memang akibat imunisasi tersering adalah akibat kesalahan prosedur dan teknik  pelaksanaan atau pragmatic errors)," tukas dokter yang berpraktek di RSUPN CiptoMangunkusumo ini.
Stephanie Cave MD, ahli medis yang menulis "Yang Orangtua Harus Tahu tentang Vaksinasi Pada Anak" menyebutkan, peluang terjadinya efek samping vaksin pada bayi dan anak-anak adalah karena mereka dijadikan target imunisasi massal oleh pemerintah, pabrik vaksin, maupun dokter. Padahal, imunisasi massal yang memilikisikap "satu ukuran untuk semua orang" ini sangat berbahaya. Karena, "Setiap anak adalah pribadi tersendiri, dengan bangun genetika, lingkungan sosial, riwayatkesehatan, keluarga dan pribadi yang unik, yang bisa berefek terhadap cara mereka bereaksi terhadap suatu vaksin," demikian Cave.
3.Beberapa Kejadian Pasca-Imunisasi
Secara garis besar, tidak semua KIPI disebabkan oleh imunisasi. Sebagian besar ternyata tidak ada hubungannya dengan imunisasi. Untuk lebih jelasnya, berikutini beberapa faktor KIPI yang bisa terjadi pasca-imunisasi:
a.Reaksi Suntikan
Semua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusukan jarum suntik, baik langsung maupun tidak langsung harus dicatat sebagai reaksi KIPI. Reaksi suntikanlangsung misalnya rasa sakit, bengkak dan kemerahan pada tempat suntikan.Sedangkan reaksi suntikan tidak langsung misalnya rasa takut, pusing, mual, sampaisinkope atau pingsan.
b.Reaksi Suntikan
Gejala KIPI yang disebabkan masuknya vaksin ke dalam tubuh umumnya sudah diprediksi terlebih dahulu karena umumnya "ringan". Misal, demam pasca-imunisasi DPT yang dapat diantisipasi dengan obat penurun panas.



11
 Meski demikian, bisa juga reaksi induksi vaksin berakibat parah karena adanya reaksi simpang didalam tubuh (misal, keracunan), yang mungkin menyebabkan masalah persarafan,kesulitan memusatkan perhatian, nasalah perilaku seperti autisme, hingga resikokematian.
c.Faktor Kebetulan
Seperti disebut di atas, ada juga kejadian yang timbul secara kebetulan setelah bayi diimunisasi. Petunjuk "faktor kebetulan" ditandai dengan ditemukannya kejadiansama di saat bersamaan pada kelompok populasi setempat, dengan karakterisitik serupa tetapi tidak mendapatkan imunisasi.
d. Penyebab tidak di ketahui
Bila kejadian atau masalah yang dilaporkan belum dapat dikelompokkan kedalam salah satu penyebab, maka untuk sementara dimasukkan ke kelompok "penyebab tidak diketahui" sambil menunggu informasi lebih lanjut. Biasanya,dengan kelengkapan informasi akan dapat ditentukan kelompok penyebab KIPI.
'Imunisasi itu Aman' Ilmu Pengetahuan atau Fiksi?
Keraguan tentang aman-tidaknya imunisasi bukan sesuatu yang mengada-ada.Saat ini sudah ada puluhan ribu kejadian buruk akibat imunisasi yang dilaporkan, dan puluhan ribu lainnya yang tidak dilaporkan. Pada anak-anak, imunisasi (danantibiotik) bertanggung jawab untuk sebagian besar reaksi negatif dibanding obat-obat resep lainnya. Jadi realitanya, tidak ada obat yang aman untuk setiap anak. Dan, beberapa obat lebih berbahaya dari pada beberapa obat lainnya.
Keamanan imunisasi seharusnya berlandaskan pada ilmu pengetahuan yang baik, bukan hipotesa, pendapat, keyakinan perorangan, atau pengamatan. Namunfaktanya, hingga kini banyak yang tidak diketahui para ilmuwan tentang cara kerjaimunisasi di dalam tubuh pada tingkat sel dan molekul. Tes yang memadai untuk imunisasi juga tidak ada. Yang juga kurang, adalah pengertian tentang efek jangka panjang dari imunisasi massal bagi bayi dan anak-anak.


12
Yang diketahui adalah, sejak akhir tahun 1950-an, ketika imunisasi massal mulai diwajibkan di Amerika Serikat,telah terjadi peningkatan kasus kelainan sistem imun dan persarafan, termasuk kesulitan memusatkan perhatian, asma, autisme, diabetes anak-anak, sindromakeletihan menahun, kesulitan belajar, rematoid artritis, multipel sklerosis, danmasalah kesehatan yang menahun lainnya.
Di Amerika Serikat dan tempat-tempat lain di dunia, adanya peningkatan besar jumlah masalah medis yang terkait dengan imunisasi yang dilaporkan orangtuadan profesional kedokteran, telah mencetuskan suatu gerakan yang menuntutdilakukannya lebih banyak kajian yang lebih baik tentang potensi efek buruk jangka panjang atau menahun dari imunisasi.Imunisasi kadang dapat mengakibatkan efek samping. Ini adalah tanda baik yang membuktikan bahwa vaksin betuk-betul bekerja secara tepat.
Efek samping yang biasa terjadi adalah sebaagai berikut:
1.BCG
Setelah 2 minggu akan terjadi pembengkakan kecil dan merah ditempatsuntikan. Setelah 2–3 minggu kemudian pembengkakan menjadi abses kecildan kemudian menjadi luka dengan garis tengah ±10 mm. Luka akan sembuhsendiri dengan meninggalkan luka parut yang kecil.
2.DPT
Kebanyakan bayimenderita panaspada waktusoreharisetelah mendapatkan  imunisasi DPT, tetapi panas akan turun dan hilang dalam waktu2 hari. Sebagian besar merasa nyeri sakit, kemerahan atau bengkak di tempatsuntikan.Keadaan ini tidak berbahaya dan tidak perlu mendapatkan pengobatan khusus, akan sembuh sendiri.Bila gejala diatas tidak timbul tidak  perlu diragukan bahwa imunisasi tersebut tidak memberikan perlindungan danImunisasi tidak perlu diulang.
3.POLIO :
Jarang timbuk efek samping.


13
4.CAMPAK :
Anak mungkin panas, kadang disertai dengan kemerahan 4–10hari sesudah penyuntikan.
5.HEPATITIS :
Belum pernah dilaporkan adanya efek samping.Perlu diingat efek samping imunisasi jauh lebih ringan daripada efek penyakit bila bayi tidak diimunisasi.
E.Penyakit – Penyakit Yang Ditimbulkan Pada Anak Yang Tidak Di Imunisasi
Imunisasi, tak hanya menjaga agar anak tetap sehat, tapi juga ampuh untuk mencegah dan menangkal timbulnya penyakit serta kematian pada anak-anak. Lalu mengapa kadangkala orangtua kerap mengabaikan tindakan penting tersebut?Bukankah lebih baik mencegah daripada mengobati?Sesuai dengan yang diprogramkan oleh organisasi kesehatan dunia WHO(Badan Kesehatan Dunia), Pemerintah Indonesia menetapkan ada 12 imunisasi yangharus diberikan kepada anak-anak. 5 Diantaranya merupakan imunisasi yang wajib diberikan sebab fungsinya adalah untuk mencegah anak dari serangan penyakit –  penyakit seperti:
1.Tuberkulosis (TBC)
Tuberkulosis, terutama TB paru, merupakan masalah yang timbul tidak hanyadi negara berkembang tetapi juga di negara maju. Tuberkulosis tetap merupakan salahsatu penyebab tingginya angka kesakitan dan kematian, baik di negara berkembangmaupun di negara maju faktor resiko infeksi dan faktor resiko progresi infeksi menjadi penyakit( resiko penyakit ).Resiko Infeksi TB Faktor resiko terjadinya infeksi TB antara lain adalah :anak yang memiliki kontak dengan orang dewasa dengan TB aktif, daerah endemis, penggunaan obat-obat intravena, kemiskinan, serta lingkungan yang tidak sehat.
2.Hepatitis B
yang disebabkan virus hepatitis B yang berakibat pada hatiPenyakit hepatitis B pada bayi menjadi kronik jauh lebih besar (lebih dari 90 persen) dibandingkan kemungkinan pada orang dewasa. "Oleh karena itu, bagi bayivaksin hepatitis B mutlak perlu.

14
Ciri-ciri penderita hepatitis B umumnya tak diketahui secara jelas karena penderita seperti orang sehat. Akibatnya ia tak segera menyadari dirinya telah tertular virus hepatitis B, bahkan sudah menularkannya kepada orang lain. "Sebaiknya,mereka yang memiliki gejala kuning pada mata, kulit, lesu, tak memiliki nafsu makanserta sakit lambung-seperti maag yang tak sembuh dalam tempo enam bulan-segera periksa ke dokter.
Virus hepatitis B diketahui sebagai salah satu virus yang paling mudahmenular. Bahkan, penularan virus ini 100 kali lebih menular daripada HIV (virus penyebab AIDS), dan diperkirakan menginfeksi 10 kali lebih banyak daripada HIV.Virus itu menyerang hati dan merusak organ tubuh secara tak langsung melaluigangguan sistem kekebalan. Pada serangan tahap awal masih bisa disembuhkan jikasegera diobati. Namun, jika penyakit berkembang lebih berat maka ia akan mencapaitahap hepatitis akut, sirosis (pengerasan hati), sampai kemudian mengakibatkanmunculnya kanker hati.
3.Penyakit polio.
Penyakit ini disebabkan virus, menyebar melalui tinja/kotoranorang yang terinfeksi. Anak yang terkena polio dapat menjadi lumpuh layuh.Poliomyelitis atau Polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yangdisebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut, mengifeksi saluran usus. Virus inidapat memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkanmelemahnya otot dan kadang kelumpuhan. Kata Polio sendiri berasal dari bahasaYunani yaitu πολιομυελίτις, atau bentuknya yang lebih mutakhir  Ï€Î¿Î»Î¹Î¿Î¼Ï…ελίτιδα, dari πολιός "abu-abu" dan μυελός "bercak". Virus Polio termasuk genus enteroviorus, famili Picornavirus. Bentuknya adalah ikosahedral tanpa sampuldengan genome RNA single stranded messenger molecule. Single RNA inimembentuk hampir 30 persen dari virion dan sisanya terdiri dari 4 protein besar (VP1-4) dan satu protein kecil (Vpg).


15
 Polio adalah penyakit menular yang dikategorikan sebagai penyakit peradaban. Polio menular melalui kontak antar manusia. Virus masuk ke dalam tubuh melalui mulut ketika seseorang memakan makanan atau minuman yang  terkontaminasi feses.
Poliovirus adalah virus RNA kecil yang terdiri atas tiga strain berbeda danamat menular. Virus akan menyerang sistem saraf dan kelumpuhan dapat terjadidalam hitungan jam. Polio menyerang tanpa mengenal usia, lima puluh persen kasus terjadi pada anak berusia antara 3 hingga 5 tahun. Penyebab penyakit polio terdiriatas tiga strain yaitu strain 1 (brunhilde) strain 2 (lanzig), dan strain 3 (Leon). Strain 1adalah yang paling paralitogenik atau yang paling ganas dan sering kali menyebabkan kejadian luar biasa atau wabah. Strain ini sering ditemukan di Sukabumi.Sedangkan Strain 2 adalah yang paling jinak. Penyakit Polio terbagi atas tiga jenis yaitu Polio non-paralisis, Polio paralisis spinal, dan Polio bulbar. -Polio non- paralisis menyebabkan demam, muntah, sakit perut, lesu, dan sensitif.
Terjadi kram otot pada leher dan punggung, otot terasa lembek jika disentuh. -Polio Paralisis Spinal Jenis Strain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel tanduk anterior yang mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan otot tungkai.Meskipun strain ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang dari satu penderita dari 200 penderita akan mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan palingsering ditemukan terjadi pada kaki. Setelah poliovirus menyerang usus, virus ini akandiserap oleh kapiler darah pada dinding usus dan diangkut seluruh tubuh.Poliovirus menyerang saraf tulang belakang dan neuron motor -- yangmengontrol gerak fisik. Pada periode inilah muncul gejala seperti flu. Namun, pada penderita yang tidak memiliki kekebalan atau belum divaksinasi, virus ini biasanyaakan menyerang seluruh bagian batang saraf tulang belakang dan batang otak. Infeksi ini akan mempengaruhi sistem saraf pusat menyebar sepanjang serabut saraf. Seiringdengan berkembang biaknya virus dalam sistem saraf pusat, virus akanmenghancurkan neuron motor.


16
Neuron motor tidak memiliki kemampuan regenerasi dan otot yang berhubungan dengannya tidak akan bereaksi terhadap perintah dari sistem saraf pusat.Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai menjadi lemas -- kondisi ini disebutacute flaccid paralysis (AFP). Infeksi parah pada sistem saraf pusat dapat menye- babkan kelumpuhan pada batang tubuh dan otot pada toraks (dada) dan abdomen(perut), disebut quadriplegia. -Polio Bulbar Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga batang otak ikut terserang. Batang otak mengandung neuron motor yang mengatur pernapasan dan saraf kranial, yangmengirim sinyal ke berbagai otot yang mengontrol pergerakan bola mata; saraf trigeminal dan saraf muka yang berhubungan dengan pipi, kelenjar air mata, gusi, danotot muka; saraf auditori yang mengatur pendengaran; saraf glossofaringeal yangmembantu proses menelan dan berbgai fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah danrasa; dan saraf yang mengirim sinyal ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf tambahanyang mengatur pergerakan leher. Tanpa alat bantu pernapasan, polio bulbar dapat menyebabkan kematian. Lima hingga sepuluh persen penderta yang menderita polio bulbar akan meninggal ketika otot pernapasan mereka tidak dapat bekerja. Kematian biasanya terjadi setelah terjadi kerusakan pada saraf kranial yang bertugas mengirim''perintah bernapas'' ke paru-paru.
Penderita juga dapat meninggal karena kerusakan pada fungsi penelanan;korban dapat ''tenggelam'' dalam sekresinya sendiri kecuali dilakukan penyedotanatau diberi perlakuan trakeostomi untuk menyedot cairan yang disekresikan sebelummasuk ke dalam paru-paru. Namun trakesotomi juga sulit dilakukan apabila penderitatelah menggunakan ''paru-paru besi'' (iron lung). Alat ini membantu paru-paru yanglemah dengan cara menambah dan mengurangi tekanan udara di dalam tabung. Kalautekanan udara ditambah, paru-paru akan mengempis, kalau tekanan udara dikurangi, paru-paru akan mengembang. Dengan demikian udara terpompa keluar masuk paru-paru.Infeksi yang jauh lebih parah pada otak dapat menyebabkan koma dankematian.


17
Penyakit Polio dapat ditularkan oleh infeksi droplet dari oro-faring (mulut dantenggorokan) atau dari tinja penderita yang telah terinfeksi selain itu juga dapatmenular melalui oro-fecal (makanan dan minuman) dan melalui percikan ludah yangkemudian virus ini akan berkembangbiak di tengorokan dan usus lalu kemudianmenyebar ke kelenjar getah bening, masuk ke dalam darah serta menyebar ke seluruh tubuh.
            Penularan terutama sering terjadi langsung dari manusia ke manusia melaluifekal-oral (dari tinja ke mulut) atau yang agak jarang terjadi melalui oral-oral (mulutke mulut). Virus Polio dapat bertahan lama pada air limbah dan air permukaan, bahkan dapat sampai berkilo-kilometer dari sumber penularannya.Penularan terutama terjadi akibat tercemarnya lingkungan leh virus polio dari penderita yang telah terinfeksi, namun virus ini hidup di lingkungan terbatas. VirusPolio sangat tahan terhadap alkohol dan lisol, namun peka terhadap formaldehide danlarutan klor. Suhu yang tinggi dapat cepat mematikan virus tetapi pada keadaan bekudapat bertahun-tahun masa hidupnya.
4.Penyakit campak (tampek)
Penyakit Campak (Rubeola, Campak 9 hari, measles) adalah suatu infeksivirus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis(peradangan selaput ikat mata/konjungtiva) dan ruam kulit. Penyakit ini disebabkankarena infeksi virus campak golongan Paramyxovirus Penularan infeksi terjadi karena menghirup percikan ludah penderita campak.Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum rimbulnya ruamkulit dan 4 hari setelah ruam kulit ada.
Penyebab Campak, rubeola, atau measles Adalah penyakit infeksi yang sangatmudah menular atau infeksius sejak awal masa prodromal, yaitu kurang lebih 4hari pertama sejak munculnya ruam. Campak disebabkan oleh paramiksovirus        ( virus campak). Penularan terjadi melalui percikan ludah dari hidung, mulut maupun.tenggorokan penderita campak (air borne disease ). Masa inkubasi adalah 10-14 harisebelum gejala muncul.Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dankekebalan pasif pada seorang bayi yang lahir ibu yang telah kebal (berlangsungselama 1 tahun). Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah: - bayi berumur lebih dari 1 tahun - bayi yang tidak mendapatkan imunisasi - remaja dan dewasamuda yang belum mendapatkan imunisasi kedua.Gejala mulai timbul dalam waktu 7-14 hari setelah terinfeksi, yaitu berupa: -Panas badan - nyeri tenggorokan - hidung meler ( Coryza ) - batuk ( Cough ) - Bercak Koplik - nyeri otot - mata merah ( conjuctivitis )2-4 hari kemudian muncul bintik putih kecil di mulut bagian dalam (bintik Koplik). Ruam (kemerahan di kulit) yang terasa agak gatal muncul 3-5 hari setelahtimbulnya gejala diatas. Ruam ini bisa berbentuk makula (ruam kemerahan yangmendatar) maupun papula (ruam kemerahan yang menonjol). Pada awalnya ruamtampak di wajah, yaitu di depan dan di bawah telinga serta di leher sebelah samping.Dalam waktu 1-2 hari, ruam menyebar ke batang tubuh, lengan dan tungkai,sedangkan ruam di wajah mulai memudar.Pada puncak penyakit, penderita merasa sangat sakit, ruamnya meluas sertasuhu tubuhnya mencapai 40° Celsius. 3-5 hari kemudian suhu tubuhnya turun, penderita mulai merasa baik dan ruam yang tersisa segera menghilang.Demam, kecapaian, pilek, batuk dan mata yang radang dan merah selama beberapa hari diikuti dengan ruam jerawat merah yang mulai pada muka dan merebak ke tubuh dan ada selama 4 hari hingga 7 hari.5.Difteri, pertusis dan tetanus. Difteri disebabkan bakteri yang menyerangtenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal.Difteri merupakan penyakit menular yang sangat berbahaya pada anak anak.Penyakit ini mudah menular dan menyerang terutama daerah saluran pernafasan bagian atas. Penularan biasanya terjadi melalui percikan ludah dari orang yangmembawa kuman ke orang lain yang sehat. Selain itu penyakit ini bisa jugaditularkan melalui benda atau makanan yang terkontaminasi.19Difteri disebabkan oleh kuman Corynebacterium diphtheriae, suatu bakterigram positif yang berbentuk polimorf, tidak bergerak dan tidak membentuk spora.


18
Gejala utama dari penyakit difteri yaitu adanya bentukan pseudomembran yangmerupakan hasil kerja dari kuman ini. Pseudomembran sendiri merupakan lapisantipis berwarna putih keabu abuan yang timbul terutama di daerah mukosa hidung,mulut sampai tenggorokan. Disamping menghasilkan pseudomembran, kuman ini juga menghasilkan sebuah racun yang disebut eksotoxin yang sangat berbahayakarena menyerang otot jantung, ginjal dan jaringan syaraf (www.blogdokter.net).
Difteri dapat menyerang seluruh lapisan usia tapi paling sering menyeranganak-anak yang belum diimunisasi. Pada tahun 2000, di seluruh dunia dilaporkan30.000 kasus dan 3.000 orang diantaranya meninggal karena penyakit iniKata tetanus diambil dari bahasa Yunani yaitu tetanos dari teinein yang berartimenegang. Penyakit ini adalah penyakit infeksi di mana spasme otot tonik danhiperrefleksia menyebabkan trismus (lockjaw), spasme otot umum, melengkungnya punggung (opistotonus), spasme glotal, kejang dan spasme dan paralisis pernapasan(wikipedia.org).
Penyakit tetanus disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani yang terdapat ditanah, kotoran hewan, debu, dan sebagainya. Bakteri ini masuk ke dalam tubuhmanusia melalui luka yang tercemar kotoran. Di dalam luka bakteri ini akan berkembang biak dan membentuk toksin (racun) yang menyerang saraf.UNICEF (United Nations Children’s Fund/Dana PBB untuk Anak-Anak)menyebutkan dalam situsnya bahwa tetanus sangat berisiko terkena pada bayi-bayiyang dilahirkan dengan bantuan dukun bayi di rumah dengan peralatan yang tidak steril; mereka juga beresiko ketika alat-alat yang tidak bersih digunakan untuk memotong tali pusar dan olesan-olesan tradisional atau abu digunakan untuk menutupluka bekas potongan (www.unicef.org).
Angka kematian yang diakibatkan olehtetanus berkisar antara 15-25%. Pertusis atau batuk rejan adalah penyakit infeksi bakterial yang menyerang sistem pernapasan yang melibatkan pita suara (larinks), trakea dan bronkial.


19
Infeksi ini menimbulkan iritasi pada saluran pernapasan sehingga menyebabkan serangan batuk yang parah. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis yang bersarang di saluran pernapasan dan sangat mudah tertular (www.warmasif.co.id).
Pertusis dapat menyerang segala umur, 60 % menyerang anak-anak yang berumur kurang dari 5 tahun. Penyakit ini akan menjadi serius jika menyerang bayi berumur kurang dari 1 tahun. Biasanya pada bayi yang baru lahir dan keadaannyamenjadi lebih parah. Pada tahun 2000 diperkirakan 39 juta kasus terjadi dan 297.000kematian terjadi didunia yang diakibatkan oleh pertusis.
5. Imunisasi MMR
1.Defenisi
Imunisasi MMR adalah imunisasi kombinasi untuk mencegah penyakitCampak, Campak Jerman dan Penyakit Gondong. Pemberian vaksin MMR biasanya diberikan pada usia anak 16 bulan. Vaksin ini adalah gabungan vaksin hidup yang dilemahkan. Semula vaksin ini ditemukan secara terpisah, tetapi dalam beberapatahun kemudian digabung menjadi vaksin kombinasi. Kombinasi tersebut terdiri darivirus hidup Campak galur Edmonton atau Schwarz yang telah dilemahkan,Componen Antigen Rubella dari virus hidup Wistar RA 27/3 yang dilemahkan danAntigen gondongen dari virus hidup galur Jerry Lynn atau Urabe AM-9.
2.Tujuan
Tujuan diberikannya imunisasi MMR ini adalah untuk mencegah ataumengurangi terjadinya infeksi pada anak yang disebabkan penyakit-penyakit,gondongan dan rubela.







20
3.Efek Samping
Beberapa ahli memang ada yang mengkhawatirkan dengan pemberian MMR ini, dapat memberikan autisme yang disebabkan pelarut MMR mengandungTiomersal, tetapi dugaan tersebut tidak terbukti. Seperti yang dikemukakan AndrewWakefield tahun 1998, MMR tidak terbukti menyebabkan autisme karena sampelyang diteliti hanya pada 12 pasien. “Itulah sebabnya hingga sekarang, MMR tetap aman untuk diberikan pada anak mengingat pentingnya imunisasi ini terhadap perlindungan anak,” ungkapnya.Pencegahan sindrom rubela congenital merupakan tujuan pemberian imunisasirubela.
Rubela adalah penyakit yang cukup berbahaya apabila terjadi diawalkehamilan, karena dapat menimbulkan kelainan jiwa, kelahiran prematur, dan cacat bawaan.Apabila cacat dari lahir, bayi dapat mengalami cacat dalam bentuk, tuli,kelainan mata, kalainan jantung, kelainan saraf, mikrosefali, dan retardasi mental.“Untuk menghindar penyakit ini, ibu-ibu harus memiliki kekebalan rubela sejak kecil,sehingga diharapkan penyakit tersebut tidak akan terjadi pada bayi yang akandilahirkan.
G.Penyakit Yang Kemungkinan Akan Ada Bila Tidak Mendapat ImunisasiMMR
Vaksin MMR merupakan vaksin yang diberikan kepada anak untuk mencegah penyakit campak, gondongan, dan campak Jerman.
1. Bedanya campak biasa dan campak jerman itu apa?
Campak biasa, berbeda dari campak Jerman atau rubela. Campak Jermanumumnya memiliki dampak lebih ringan dan tidak fatal. Umumnya pun terjadi padaanak usia 5 sampai 14 tahun.Memang gejalanya hampir sama dengan campak biasa, seperti flu, batuk, pilek dan demam tinggi. Yang membedakan, bercak merah pada rubela tidak timbulterlalu banyak dan tidak separah campak biasa, juga cepat menghilang dalam waktu 3hari. Gejala lain, umumnya nafsu makan anak akan menurun karena terjadi pembengkakan pada limpa.Justru kita harus lebih khawatir bila rubela menyerang wanita hamil karenavirusnya bisa menular pada janin melalui plasenta.

21
Bila janin tertular maka anak yangdilahirkan akan mengalami sindrom rubela kongenital dengan kelainan-kelainan,misalnya mata bayi mengalami katarak, tidak bisa mendengar, terjadi pengapuran diotak, juga banyak terjadi anak-anak tumbuh dengan keterbelakangan perkembangan.Setiap anak perempuan harus mendapat vaksinasi rubela. Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya rubela serta melindungi janin yang dikandungnya kelak.Tak hanya pada perempuan, vaksinasi rubela pun penting bagi kaum pria. Gunanyamencegah agar tidak terserang rubela dan menulari sang istri yang mungkin tengahhamil nanti.
2.Tidak Adanya Hubungan Antara Terjadinya Autisme Dengan Imunisasi Mmr
a).Akhir-akhir ini pada sebagian masyarakat tersebar informasi tentang dugaan adanya hubungan antara autisme dengan imunisasiMMR (Measles, Mumps,Rubella).
b).Imunisasi adalah pemberian vaksin pada tubuh seseorang dengan tujuan untuk meningkatkan kekebalan terhadap penyakit infeksi tertentu. Pemerintah telah melaksanakan Program Imunisasi sejak lebih dari 30 tahun yang lalu dan telah berhasil menurunkan angka kesakitan dan angka kematian dari berbagai penyakit menular.
Program Imunisasi di Indonesia mencakup antara lain pemberian vaksin untuk meningkatkan kekebalan bayi terhadap penyakit tuberkolosa (vaksin BCG), difteria , batuk rejan, dan tetanus (vaksin DPT), poliomyelitis (vaksin Polio), campak (vaksin Campak), dan hepatitis B(vaksin Hepatitis B). Program Imunisasi juga mencakup pemberian vaksinuntuk meningkatkan kekebalan ibu dan bayi terhadap penyakit tetanus (vaksinTT) dan peningkatan kekebalan anak sekolah dasar terhadap penyakit difteridan tetanus (vaksin DT).





22
c).Autisme adalah gangguan petumbuhan anak yang kronik dengan gejala utamagangguan interaksi sosial, komunikasi, serta keterbatasan perhatian danaktifitas, biasanya terjadi pada usia di bawah 3 tahun.
d).Vaksin MMR merupakan vaksin yang diberikan kepada anak dengan maksud untuk mencegah penyakit campak, gondongan dan campak Jerman (German measles). Di Indonesia, vaksin MMR telah digunakan untuk imunisasi anak di berbagai rumah sakit dan klinik, walaupun belum termasuk dalam jenis vaksin yang digunakan dalam Program Imunisasi Nasional.
Vaksin MMR yang dipasarkan di Indonesia telah mendapat izin edar setelah dilakukan evaluasiterhadap efektifitas, keamanan, dan mutu vaksin oleh Komite Nasional PenilaiObat Jadi (KOMNAS POJ). Di negara-negara maju, vaksin MMR digunakansecara luas untuk imunisasi anak.
e).Keamanan vaksin MMR telah dibuktikan dengan berbagai penelitian di luar negeri. Penelitian yang dilakukan mencakup pengamatan pasca pemasaran(post marketing surveillance) selama 30 tahun terhadap 250 juta dosis vaksinMMR di lebih dari 40 negara di Eropa, Amerika Utara, Australia, dan Asia.Laporan terakhir mengenai keamanan vaksin telah pula dilakukan di Finlandiasejak tahun 1982 selama 14 tahun. Studi tersebut dilakukan pada 1,8 juta anak yang menggunakan 3 juta dosis vaksin MMR. Pemantauan dilakukan terhadapsemua kejadian serius setelah imunisasi dan hasilnya menunjukkan tidak adalaporan kasus autisme yang berhubungan dengan penggunaan vaksin MMR.Hasil tersebut sesuai dengan Specific hypothesis driven studies yang pernahdilakukan sebelumnya. Berdasarkan kajian tersebut diatas, DepartemenKesehatan dan Kesejahteraan Sosial, Badan Pengawas Obat dan Makanan,dan Ikatan Dokter Anak Indonesia mengambil kesimpulan bahwa tidak adakaitan antara kejadian autisme pada anak dengan imunisasi MMR.
            Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial, Badan Pengawas Obat Dan Makanan, dan Ikatan Dokter Anak Indonesia akan terus memantau danmengkaji efektifitas serta keamanan semua vaksin yang digunakan diIndonesia, termasuk vaksin MMR.

23
Masyarakat dan segenap tenaga kesehatandi Indonesia diharapkan tidak perlu khawatir mengenai keamanan vaksinMMR.
3. Imunisasi Penyebab Autis ?
Kekawatiran Terhadap Thimerosal Dan Autis Dr Widodo Judarwanto SpADari waktu ke waktu jumlah penyandang spektrum Autis tampaknya semakin meningkat pesat. Autis  seolah-olah mewabah ke berbagai belahan dunia. Di beberapa negara terdapat kenaikan angka kejadian penderita Autisme yang cukup tajam. Autis adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi danin teraksi sosial. Di Amerika Serikat disebutkan Autis terjadi pada 60.000 – 15.000anak dibawah 15 tahun. Kepustakaan lain menyebutkan angka kejadian autis 10-20kasus dalam 10.000 orang.Kontroversi yang terjadi akhir-akhir ini berkisar pada kemungkinan hubungan Autis dengan imunisasi anak. Banyak orang tua menolak imunisasi karena mendapatkan informasi bahwa beberapa jenis imunisasi khususnya kandungan Thimerosal dapat mengakibatkan Autis. Akibatnya, anak tidak mendapatkan perlindungan imunisasi untuk menghindari penyakit-penyakit justru yang lebih berbahaya. Penyakit tersebut adalah hepatitis B, Difteri, Tetanus, pertusis, TBC dansebagainya. Banyak penelitian yang dilakukan secara luas ternyata membuktikan bahwa Autis tidak berkaitan denganthimerosal.
Memang terdapat teori ataukesaksian yang menunjukkan bahwa Autis dan berhubungan dengan thimerosal.Thimerosal atau Thiomersal adalah senyawa merkuri organik atau dikenalsebagai sodium etilmerkuri thiosalisilat, yang mengandung 49,6% merkuri. Bahan inidigunakan sejak tahun 1930, sebagai bahan pengawet dan stabilizer dalam vaksin, produk biologis atau produk farmasi lainnya.
          Thimerosal yang merupakan derivatdari etilmerkuri, sangat efektif dalam membunuh bakteri dan jamur dan mencegahkontaminasi bakteri terutama pada kemasan vaksin multidosis yang telah terbuka.



23
Selain sebagai bahan pengawet, thimerosal juga digunakan sebagai agen inaktivasi pada pembuatan beberapa vaksin, seperti pertusis aseluler atau pertusis ”whole-cell”.Food and Drug Administration (FDA) menetapkan peraturan penggunaan thimerosalsebagai bahan pengawet vaksin yang multidosis untuk mencegah bakteri dan jamur.Vaksin tunggal tidak memerlukan bahan pengawet. Pada dosis tinggi, merkuri dan metabolitnya seperti etilmerkuri dan metilmerkuri bersifat nefrotoksis danneurutoksis.
          Senyawa merkuri ini mudah sekali menembus sawar darah otak, dandapat merusak otak.WHO (Worls Health Organization), FDA (Food and Drug Administration),EPA (US Enviromental Protection Agency), dan ATSDR Amerika Serikat (Agencyfor Toxis Substances and Disease Registry) mengeluarkan rekomendasi tentang batasan paparan etilmerkuri yang masih bisa ditoleransi antara 0,1 – 0,47 ug/kg berat badan/hari. Kandungan yang ada di dalam vaksin adalah etilmerkuri bukanmetilmerkuri. Etilmerkuri hanya mempunyai paruh waktu singkat di dalam tubuh,sekitar 1,5 jam, selanjutnya akan dibuang melalui saluran cerna. Sedangkanmetilmerkuri lebih lama berada di dalam tubuh.Pendapat yang mendukung Autis berkaitan dengan Thimerosal : Terdapat beberapa teori, penelitian dan kesaksian yang mengungkapkan Autisme mungkin berhubungan dengan imunisasi yang mengandung Thimerosal. Toksisitas merkuri pertama kali dilaporkan tahun 1960 di Minamata Jepang. Konsumsi ikan laut yangtercemari limbah industri, sehingga kadar merkuri yang dikandung ikan laut tersebutmencapai 11 mcg/kg dan kerang 36 mcg/kg (batas toleransi kontaminasi sekitar 1mcg/kg). Penelitian pada binatang ditemukan efek neurotoksik etilmerkuri dan metilmerkuri. Ditemukan kadarnya di dalam otak cukup tinggi pada metil merkuri.
            Hal inimenunjukkan bahwa merkuri dapat menembus sawar darah otak.Saline Bernard adalah perawat dan juga orang tua dari seorang penderitaAutisme bersama beberapa orang tua penderita Autis lainnya melakukan pengamatanterhadap imunisasi merkuri.


24
          Mereka bersaksi di depan US House of Representatif (MPR Amerika) bahwa gejala yang diperlihatkan anak Autis hampir sama dengan gejala keracunan merkuri Beberapa orang tua penderita Autis di Indonesiapun, berkesaksian bahwa anaknya terkena autis setelah diberi imunisasiPenelitian dan rekomendasi yang menentang Thimerosal menyebabkan AutisSedangkan penelitian yang mengungkapkan bahwa Thimerosal tidak mengakibatkanAutis juga lebih banyak lagi. Kreesten M. Madsen dkk dari berbagai intitusi didenmark seperti Danish Epidemiology Science Centre, Department of Epidemiology and Social Medicine, University of Aarhus, Denmark Institute for Basic PsychiatricResearch, Department of Psychiatric Demography, Psychiatric Hospital in Aarhus,Risskov, National Centre for Register-Based Research, University of Aarhus,Aarhus,Denmark, State Serum Institute, Department of Medicine, Copenhagen,Denmark mengadakan penelitian bersama terhadap anak usia 2 hingga 10 tahun sejak tahun 1970 hingga tahun 2000.Mengamati 956 anak sejak tahun 1971 hingga 2000 anak dengan autis. Sejak thimerosal digunakan hingga tahun 1990 tidak didapatkan kenaikkan penderita auitissecara bermakna.
Kemudian sejak tahun 1991 hingga tahun 2000 bersamaan dengantidak digunakannya thimerosal pada vaksin ternyata jumlah penderita Autis malahmeningkat drastis. Kesimpulan penelitian tersebut adalah tidak ada hubungan antara pemberian Thimerazol dengan Autis.Stehr-Green P dkk, Department of Epidemiology, School of Public Health andCommunity Medicine, University of Washington, Seattle, WA, bulan Agustus 2003melaporkan antara tahun 1980 hingga 1990 membandingkan prevalensi dan insiden penderita autisme di California, Swedia, dan Denmark yang mendapatkan ekposur dengan imunisasi Thimerosal. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa insiden pemberian Thimerosal pada Autisme tidak menunjukkan hubungan yang bermakna.Geier DA dalam Jurnal
Americans Physicians Surgery tahun 2003menungkapkan bahwa Thimerosal tidak terbukti mengakibatkan gangguan neurodevelopment (gangguan perkembangan karena persarafan) dan penyakit jantung.


25
 Melalui forum National Academic Press tahun 2001, Stratton K dkk melaporkan tentang keamananthimerosal pada vaksin dan tidak berpengaruh terhadap gangguan gangguanneurodevelopment (gangguan perkembangan karena persarafan).Hviid A dkk dalam laporan di majalah JAMA 2004 mengungkapkan penelitian terhadap 2 986 654 anak pertahun didapatkan 440 kasus autis. Dilakukan pengamatan pada kelompok anak yang menerima thimerosal dan tidak menerimathimerosal. Ternyata tidak didapatkan perbedaan bermakna. Disimpulkan bahwa pemberian thimerosal tidak berhubungan dengan terjadinya autis.
Menurut penelitian Eto, menunjukkan manifestasi klinis autis sangat berbedadengan keracunan merkuri. Sedangkan Aschner, dalam penelitiannya menyimpulkantidak terdapat peningkatan kadar merkuri dalam rambut, urin dan darah anak Autis.Pichichero melakukan penelitian terhadap 40 bayi usia 2-6 bulan yang diberi vaksinyang mengandung thimerosal dan dibandingkan pada kelompok kontrol tanpa diberithimerosal. Setelah itu dilakukan evaluasi kadar thimerosal dalam tinja dan darah bayi tersebut. Ternyata thimerosal tidak meningkatkan kadar merkuri dalam darah,karena etilmerkuri akan cepat dieliminasi dari darah melalui tinja. Selain itu masih banyak lagi peneliti melaporkan hasil yang sama, yaitu thimerosal tidak mengakibatkan Autis.
            Bagaimana sikap kita sebaiknya ? Bila menyimak dan mengetahu kontroversitersebut tanpa memahami dengan jelas, maka masyarakat awam bahkan beberapaklinisipun jadi bingung. Bila terpengaruh oleh pendapat yang mendukung keterkaitanAutis dan imunisasi tanpa melihat fakta penelitian lainnya yang lebih jelas. Maka,akan mengabaikan imunisasi dengan segala akibatnya yang jauh lebih berbahaya pada anak. Penelitian dalam jumlah besar dan luas tentang Thimerosal tidak mengakibatkan Autis secara epidemiologis lebih bisa dipercaya untuk menunjukan sebab akibat. Laporan beberapa penelitian dan kasus jumlahnya relatif tidak  bermakna dan dalam populasi yang kecil.



25
       Hanya menunjukan kemungkinanhubungan tidak menunjukkan sebab akibat. Beberapa institusi atau badan kesehatan dunia yang bergengsi pun telah mengeluarkan rekomendasi untuk tetap meneruskan pemberian imunisasi MMR. Hal ini juga menambah keyakinan bahwa memangThimerosal dalam vaksin memang benar aman.Walaupun paparan merkuri terjadi pada setiap anak, namun hanya sebagian kecil saja yang mengalami gejala Autis. Peristiwa tersebut mungkin berkaitan dengan teori genetik, salah satunya berkaitan dengan teori   Metalotionin.Metalothionein merupakan suatu rantai polipeptida liner tediri dari 61-68 asam amino, kaya sistein dan memiliki kemampuan untuk mengikat logam. Pada penderita Autis tampaknya didapatkan adanya gangguan metabolisme metalotionin. Gangguan metabolismetersebut dapat mengakibatkan gangguan ekskresi (pengeluaran) logam berat (merkuri). Menurut penelitian Eto, menunjukkan manifestasi klinis autis sangat berbeda dengan keracunan merkuri. Sedangkan Aschner, dalam penelitiannya menyimpulkantidak terdapat peningkatan kadar merkuri dalam rambut, urin dan darah anak Autis.Pichichero melakukan penelitian terhadap 40 bayi usia 2-6 bulan yang diberi vaksinyang mengandung thimerosal dan dibandingkan pada kelompok kontrol tanpa diberithimerosal. Setelah itu dilakukan evaluasi kadar thimerosal dalam tinja dan darah bayi tersebut. Ternyata thimerosal tidak meningkatkan kadar merkuri dalam darah,karena etilmerkuri akan cepat dieliminasi dari darah melalui tinja. Selain itu masih banyak lagi peneliti melaporkan hasil yang sama, yaitu thimerosal tidak mengakibatkan Autis.
            Bagaimana sikap kita sebaiknya ? Bila menyimak dan mengetahu  kontroversi tersebut tanpa memahami dengan jelas, maka masyarakat awam bahkan beberapa  klinisi pun jadi bingung. Bila terpengaruh oleh pendapat yang mendukung keterkaitanAutis dan imunisasi tanpa melihat fakta penelitian lainnya yang lebih jelas. Maka,akan mengabaikan imunisasi dengan segala akibatnya yang jauh lebih berbahaya pada anak.



26
       Penelitian dalam jumlah besar dan luas tentang Thimerosal tidak mengakibatkan Autis secara epidemiologis lebih bisa dipercaya untuk menunjukan sebab akibat. Laporan beberapa penelitian dan kasus jumlahnya relatif tidak  bermakna dan dalam populasi yang kecil. Hanya menunjukan kemungkinanhubungan tidak menunjukkan sebab akibat.
Beberapa institusi atau badan kesehatandunia yang bergengsi pun telah mengeluarkan rekomendasi untuk tetap meneruskan pemberian imunisasi MMR. Hal ini juga menambah keyakinan bahwa memangThimerosal dalam vaksin memang benar aman.Walaupun paparan merkuri terjadi pada setiap anak, namun hanya sebagiankecil saja yang mengalami gejala Autis. Peristiwa tersebut mungkin berkaitan denganteori genetik, salah satunya berkaitan dengan teori Metalotionin. Metalothionein merupakan suatu rantai polipeptida liner tediri dari 61-68 asam amino, kaya sisteindan memiliki kemampuan untuk mengikat logam. Pada penderita Autis tampaknyadidapatkan adanya gangguan metabolisme metalotionin. Gangguan metabolismetersebut dapat mengakibatkan gangguan ekskresi (pengeluaran) logam berat (merkuri,dll) dari tubuh anak autis.
          Gangguan itu mengakibatkan peningkatan logam beratdalam tubuh yang dapat mengganggu otak, meskipun anak tersebut menerimamerkuri dalam batas yang masih ditoleransi.Pada anak sehat bila menerima merkuri dalam batas toleransi, tidak mengakibatkan gangguan. Melalui metabolisme metalotionin pada tubuh anak, logam berat tersebut dapat dikeluarkan oleh tubuh. Tetapi pada anak Autis terjadi gangguan metabolisme metalotionin.Kejadian itulah yang menunjukkan bahwa imunisasi yangmengandung thimerosal harus diwaspadai pada anak yang beresiko Autis, tetapi tidak  perlu dikawatirkan pada anak normal lainnya.Penelitian atau pendapat beberapa kasus yang mendukung keterkaitanAutisme dengan imunisasi, tidak boleh diabaikan bergitu saja. Sangatlah bijaksanauntuk lebih waspada, bila anak sudah mulai tampak ditemukan penyimpangan perkembangan atau perilaku sejak dini.

27
          Dalam kasus tersebut untuk mendapatkanimunisasi yang mengandung Thimerosal harus berkonsutlasi dahulu dengan dokter anak. Mungkin harus menunda dahulu imunisasi yang mengandung thimerosal sebelum dipastikan diagnosis Autis dapat disingkirkan. Dalam hal seperti ini, harus dipahami dengan baik resiko, tanda dan gejala autis sejak dini.Bila anak tidak beresiko atau tidak menunjukkan tanda tanda dini terjadinyaAutis maka tidak perlu kawatir untuk mendapatkan imunisasi tersebut. Kekawatiranterhadap imunisasi tanpa didasari pemahaman yang baik, akan menimbulkan permasalahan kesehatan yang baru pada anak kita. Dengan menghindari imunisasi, beresiko terjadi akibat berbahaya dan dapat mengancam jiwa. Bila anak terkena infeksi  yang seharusnya dapat dicegah dengan imunisasi.
H. Jadwal Pemberian Imunisasi
1.Jadwal pemberian Vaksin Hepatitis B diberikan dalam satu seri yang terdiridari 3 kali suntik.
Pertama : Bila ibu adalah pembawa virus dalam darahnya, makavaksin harus diberikan paling lama 12 jam setelah lahir. Tetapi bila ibu bukan pembawa virus, bisa diberikan pada kontrol di bulan pertamaatau kedua.
•Kedua : Kalau yang pertama diberikan segera setelah lahir, yang keduadiberikan antara bulan pertama dan kedua. Bila yang pertamadiberikan setelah sebulan, maka yang kedua diberikan antara bulanketiga dan keempat.
•Ketiga : Diberikan pada usia 6 bulan untuk yang mendapatkan vaksin pertama sebelum usia 1 bulan. Untuk yang mendapatkan vaksin pertama setelah usia 1 bulan, diberikan pada usia antara 6 s/d 18 bulan.
Resiko yang mungkin timbul Resiko serius yang berkaitan dengan pemberian vaksin HBV sangat jarang terjadi. Biasanya efek sampinghanya bagian bekas suntik menjadi kemerah-merahan.
Menunda pemberian Bila anak sakit lebih dari sekedar panas badanringan. Bila ada reaksi alergi serius terhadap suntikan vaksin.


28
•Setelah pemberian Setelah vaksinasi panas badan anak mungkin naik,dan juga daerah sekitar bekas suntikan menjadi merah. Untuk itu anda bisa memakai obat penurun panas (Tempra, Sanmol, dll), dan kompresdengan air hangat bagian bekas suntikan.
2.Jadwal pemberian
Diberikan sebagai satu seri yang terdiri dari 5 kali suntik.Yaitu pada usia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 15 s/d 18 bulan dan terakhir saatsebelum masuk sekolah (4 s/d 6 tahun). Dianjurkan untuk mendapatkanvaksin Td (penguat terhadap difteri dan tetanus) pada usia 11 s/d 12 tahunatau paling lambat 5 tahun setelah imunisasi DTP terakhir. Setelah itudirekomendasikan untuk mendapatkan Td setiap 10 tahun.
Resiko yang mungkin timbul Seringkali pemberian vaksin inimenimbulkan panas badan ringan atau panas di sekitar bekas suntikanyang diakibatkan oleh komponen pertussis dalam vaksin.
Menunda pemberian : Bila anak sakit lebih dari sekedar panas badanringan. Bila anak memiliki kelainan syaraf atau tidak tidak tumbuh secara normal, komponen pertussis dari vaksin dianjurkan untuk tidak diberikan danhanya DT (difteri & tetanus) saja. Bila setelahmendapatkan vaksin DTP (DTaP) timbul gejala seperti dibawahkonsultasikan dengan dokter anak sebelum mendapatkan vaksinlainnya : kejang-kejang dalam 3 s/d 7 hari setelah imunisasi kejang-kejang yang makin memburuk dibanding sebelumnya apabila pernahmengalaminya reaksi alergi kesulitan makan atau gangguan padamulut, tenggorokan atau muka panas badan lebih dari 40 derajatCelcius (105 derajat Fahrenheit) pingsan dalam 2 hari pertama setelahimunisasi terus menangis lebih dari 3 jam di 2 hari pertama setelahimunisasi
Setelah pemberian : Anak mungkin mengalami panas badan ringandan atau kemerah-merahan di sekitar bekas suntikan. Untuk mencegah panas badan kadangkala dokter anak memberikan resep obat sebelumimunisasi.



29
 Segera hubungi dokter anak anda apabila timbul gejala-gejala seperti diatas.3.HIB (Haemophilus Influenza Tipe B) Jadwal pemberian Diberikan pada usia2 bulan, 4 bulan dan sekitar 6 bulan. Setelah itu diberikan sebagai penguat pada usia 12 s/d 15 bulan.
Resiko yang mungkin timbul Sangat sedikit sekali efek sampinganyang pernah ditemukan, kecuali kemerah-merahan dan nyeri pada bagian bekas suntikan atau panas badan ringan.
Menunda pemberian Bila anak sakit lebih dari sekedar panas badanringan. Bila ada reaksi alergi setelah imunisasi, maka pemberianvaksin Hib berikutnya harus dihentikan.
•Setelah pemberian Persiapkan obat-obatan untuk penurun panas badanringan.
4.POLIO
Jadwal pemberian Diberikan pada usia 3 bulan, 4 bulan, 5 bulan, 12s/d 18 bulan dan saat sebelum masuk sekolah (4 s/d 6 tahun). Imunisasi pertama dan kedua adalah IPV sedang dua terakhir dengan OPV. Namunapabila tidak ada gangguan dianjurkan untuk mendapatkan vaksin semuanyasecara IPV.
Untuk itu konsultasikan dengan dokter anak anda mana yangterbaik untuk kasus anak anda.
Resiko yang mungkin timbul Bagi anda yang belum pernahmendapatkan imunisasi polio pada saat balita dianjurkan untuk imunisasi dengan IPV sebelum anak anda mendapatkan vaksin poliosecara OPV. Ini untuk mencegah penularan virus polio hidup yangterkandung dalam vaksin OPV ke anda.
Menunda pemberian Apabila anak memiliki gangguan kekebalantubuh, vaksin IPV lebih baik daripada OPV. Sebagai catatan, untuk anak-anak tipe ini harus dihindari kontak dengan anak lain yang barusaja menerima vaksin OPV sampai sekitar 2 minggu setelah vaksinasi.


30
          Vaksin IPV tidak boleh diberikan kepada anak yang memiliki alergiserius terhadap antibiotika neomycin atau streptomycin. Untuk itusebaiknya diberikan vaksin tipe OPV.
Setelah pemberian Untuk IPV, sering menimbulkan panas badanringan dan nyeri atau kemerah-merahan di sekitar bekas suntikan.Untuk OPV tidak ada gejala pasca imunisasi apapun.5.BCG Jadwal pemberian Diberikan satu kali pada usia 2 bulan.
•Resiko yang mungkin timbul Jarang ditemui adanya reaksi berlebihanterhadap vaksin ini.
Menunda pemberian Bila anak sakit lebih dari sekedar panas badanringan.
•Setelah pemberian Seperti vaksin lainnya cukup siapkan obat penurun panas, apabila tidak ada gejala lain yang serius.6.MMR / CAMPAK Jadwal pemberian Diberikan sebagai satu seri yang terdiridari dua kali pemberian. Yaitu pada usia 12 s/d 15 bulan dan saat sebelummasuk sekolah (4 s/d 6 tahun) atau pada usia 11 s/d 12 tahun.
Resiko yang mungkin timbul Jarang sekali timbul masalah seriusakibat vaksin ini.
Menunda pemberian Bila anak sakit lebih dari sekedar panas badanringan. Bila memiliki alergi terhadap telur atau antibiotika neomycin.Bila menerima gamma globulin dalam selang waktu 3 bulan sebelumimunisasi. Bila memiliki gangguan kekebalan tubuh akibat kanker atausedang menjalani terapi kemo atau radiasi.
•Setelah pemberian Seperti vaksin lainnya cukup siapkan obat penurun panas, apabila tidak ada gejala lain yang serius.









31
Tabel jadwal imunisasi umum :

JADWAL PEMBERIAN
JENIS VAKSIN
Waktu Lahir
BCG,Hepatitis B (dosis I)
Umur 1Bulan
Hepatitis B (dosis II)
Umur 2 Bulan
DPT dan Polio (dosis I)
Umur 3 Bulan
DPT dan Polio(dosis II)
Umur 4 Bulan
DPT dan Polio(dosis III)
Umur 5 Bulan
Polio (dosis IV)
Umur 6 Bulan
Hepatitis (dosis III)
Umur 9 bulan
Campak
Umur 15 Bulan
MMR
Umur 18 Bulan
DPT(dosis IV),Polio (dosis V)
Kls 1 SD
DT(dosis I dan II)















32
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Imunisasi merupakan hal yang terpenting dalam usaha melindungi kesehatananak anda. Imunisasi bekerja dengan cara merangsang timbulmya kekebalan tubuhyang akan melindungi anak anda dari penyakit-penyakit sebagai berikut: polio,campak, gondongan, campak Jerman, influenza, tetanus, difteri dan pertusis (batuk rejan).Tanpa pemberian vaksin, jumlah kematian anak-anak yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut meningkat dan banyak orang yang mengalami komplikasi kronik setelah menderita penyakit tersebut.













33
DAFTAR PUSTAKA

1.Agung, I Gusti Ngurah, 2001. Statistika Analisis Hubungan KausalBerdasarkan Data Kategorik. Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa.












34