MAKALAH
IMUNISASI
Di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Kedokteran
Klinik
Di susun oleh :
Kelompok 2
Andri Sutiawan
Desmyati Alfa
Gina Bayinah
Indrawan
Tita
STIKes Karsa Husada Garut
DIII Keperawatan
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah
SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk
menyelesaikan makalah ini.Tidak lupa saya ucapkan kepada dosen pembimbing dan
teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini jauh dari sempurna dan disana sini masih banyak kekurangan dan,
oleh sebab itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca.
Pada
kesempatan ini juga kami tak lupa mengucapkan terima kasih.Dan semoga dengan
selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman.Amin.
i
DAFTAR
ISI
Halaman
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………
i
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………..
ii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar
Belakang ……………………………………………………………… 1
B.Pembahasan
Masalah ………………………………………………………. 2
BAB II PEMBAHASAN
A.Pengertian
Imunisasi ………………………………………………………. 3
B.Tujuan
Pemberian Imunisasi ………………………………………………. 3
C.Jenis-Jenis
Imunisasi ………………………………………………………. 3
D.Efek
Imunisasi …………………………………………………………….. 9
E.Penyakit
– Penyakit Yang Ditimbulkan Pada Anak Yang Tidak Di Imunisasi 14
F.
Imuisasi MMR …………………………………………………………….. 20
G.Penyakit
Yang Kemungkinan Akan Ada Bila Tidak Mendapat Imunisasi MMR 21
H.
Jadwal Pemberian Imunisasi ………………………………………………. 28
BAB III PENUTUP
A.KESIMPULAN
…………………………………………………………….. 33
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………..
34
ii
BAB
I
PENDAHULUAN
A.Latar
Belakang
Tuhan menciptakan setiap
makhluk hidup dengan kemampuan untuk mempertahankan diri terhadap ancaman dari
luar dirinya.Salah satu ancaman terhadap manusia adalah penyakit,terutama
penyakit infeksi yang di bawa oleh berbagai macam mikroba seperti virus,bakteri,parasit,jamur.Tubuh
mempunyaicara dan alat untuk mengatasi penyakit sampai
batas tertentu. Beberapa jenis penyakit seperti pilek, batuk, dan cacar air
dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan. Dalam hal ini dikatakan bahwa sistem
pertahanan tubuh (sistem imun) orang tersebut cukup baik untuk mengatasi dan mengalahkan kuman-kuman
penyakit itu. Tetapi bila kuman penyakit
itu ganas, sistem pertahanan tubuh (terutama pada anak-anak atau padaorang dewasa dengan daya tahan tubuh yang lemah)
tidak mampu mencegah kuman itu berkembangbiak sehingga dapat mengakibatkan
penyakit berat yang membawa kepada cacat atau kematian.
Apakah yang dimaksudkan
dengan sistem imun? Kata imun berasal dari bahasa Latin ‘immunitas’yang
berarti pembebasan (kekebalan)
yang diberikan kepada parasenator
Romaw selama masa jabatan mereka terhadapkewajiban sebagaiwarganegara biasa dan terhadap dakwaan
Dalam sejarah istilah
inikemudian berkembang sehingga
pengertiannya berubah menjadi perlindunganterhadap penyakit, dan lebih spesifik lagi, terhadap
penyaki menular. Sistem imunadalah suatu sistem dalam tubuh yang terdiri dari
sel-sel serta produk zat-zat yangdihasilkannya, yang bekerja sama secara
kolektif dan terkoordinir untuk melawan benda asing seperti kuman-kuman
penyakit atau racunnya, yang masuk ke dalam tubuh.
1
Kuman disebut antigen. Pada saat pertama kali
antigen masuk ke dalam tubuh,maka sebagai
reaksinya tubuh akan membuat zat anti yang disebut dengan antibodi.Pada
umumnya, reaksi pertama tubuh untuk membentuk antibodi tidak terlalu
kuat,karena tubuh belum mempunyai "pengalaman." Tetapi pada reaksi
yang ke-2, ke-3dan seterusnya, tubuh sudah mempunyai memori untuk mengenali
antigen tersebut sehingga pembentukan
antibodi terjadi dalam waktu yang lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih
banyak.
Itulah sebabnya pada
beberapa jenis penyakit yang dianggap
berbahaya dilakukan tindakan imunisasi atau vaksinas.Hal inidimaksudkan sebagai tindakan pencegahan agar tubuh tidak
terjangkit penyakittersebut, atau seandainya terkena pun, tidak
akan menimbulkan akibat yang fatal.
Imunisasi ada dua macam,
yaitu imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif adalah pemberian kuman
atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikandengan tujuan untuk
merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri. Contohnyaadalah imunisasi polio
atau campak. Sedangkan imunisasi pasif adalah penyuntikansejumlah antibodi, sehingga kadar antibodi dalam tubuh
meningkat. Contohnyaadalah penyuntikan ATS
(Anti Tetanus Serum) pada orang yang mengalami lukakecelakaan.
Contoh lain adalah yang terdapat pada bayi yang baru lahir dimana bayitersebut
menerima berbagai jenis antibodi dari ibunya melalui darah placenta selamamasa
kandungan, misalnya antibodi terhadap campak.
B.Pembahasan Masalah :
1.Pengertian Imunisasi
2.Penyakit-penyakit yang di timbulkan pada anak yang
tidak di imunisasi
3.Imunisasi Mmr
4.Penyakit-penyakit yang di timbulkan pada anak yang
kemungkinan akan di alami bila tidak
mendapat Imunisasi Mmr
5.Jadwal pemberian imunisasi
2
BAB
II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh
terhadap suatu penyakit denganmemasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh
tahan terhadap penyakit yang sedangmewabah
atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti
kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikankekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja,
sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi
lainnya.Imunisasi biasanya lebih fokus
diberikan kepada anak-anak karena sistemkekebalan tubuh mereka masih
belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadapserangan penyakit berbahaya.
Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapiharus dilakukan secara
bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangatmembahayakan
kesehatan dan hidup anak.
B.Tujuan Pemberian
Imunisasi
Tujuan dari
diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat
membahayakan kesehatan bahkan
bisa menyebabkan kematian pada penderitanya Beberapa penyakit yangdapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti
hepatitis B, campak, polio, difteri,tetanus, batuk rejan, gondongan,
cacar air, tbc, dan lain sebagainya.
C.Jenis-Jenis Imunisasi
1.BCG
2.Hepatitis B
3.Polio
4.DTP
5.Campak
3
1. Imunisasi BCG
Kepanjangan BCG ? Mungkin karena susah
mengucapkannya makanya jarangyang hafal
kepanjangannya. Bacillus Calmette-Guerin. BCG adalah vaksin untuk mencegah
penyakit TBC, orang bilang flek paru. Meskipun BCG merupakan vaksinyang paling banyak di gunakan di dunia (85% bayi
menerima 1 dosis BCG padatahun 1993),
tetapi perkiraan derajat proteksinya sangat bervariasi dan belum ada penanda
imunologis terhadap tuberculosis yang dapat dipercaya.
Royan said : maksudnya,
kekebalan yang dihasilkan dari imunisasi BCG ini bervariasi. Dan tidak ada
pemerikasaan laboratorium yang bisa menilai kekebalanseseorang pada penyakit TBC setelah diimunisasi. Berbeda
dengan imunisasihepatitis B, kita bisa memeriksa titer
anti-HBsAg pada laboratotrium, bila hasilnya >10 μg dianggap memiliki
kekebalan yang cukup terhadap hepatitis B.
Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa kemampuan proteksi BCG berkurang jika telah ada sensitisasi dengan
mikobakteria lingkungan sebelumnya,tetapi data ini tidak
konsisten.
Royan said : maksudnya,
kalau sih anak sudah kemasukkan kuman TBCsebelum diimunisasi, proses
pembentukan antibbodi setelah diimunisasi kurangmemuaskan.
Karena itu, BCG
dianjurkan diberikan umur 2-3 bulan) atau dilakukan ujituberkulin dulu (bila
usia anak lebih dari 3 bulan.IDAI) untuk mengetahui apakahanak telah terinfeksi
TBC atau belum (lihat jadwal imunisasi) Dan lagi, kekebalanuntuk penyakit TBC
tidak diturunkan dari ibu ke anak (imunitas seluler), karena ituanak baru lahir
tidak punya kekebalan terhadap TBC. Makanya ibu-ibu harus segeramemberikan
imunisasi BCG buat anaknya.
Perlu diketahui juga,
derajat proteksi imunisasi BCG tidak ada hubungannyadengan
hasil tes tuberkulin sesudah imunisasi dan ukuran parut (bekas luka
suntikan)dilengan. Jadi tidak benar kalau parutnya kecil atau tidak tampak maka
imunisasinyadianggap gagal.
4
Imunsasi BCG diberikan dengan dosis 0,05 ml
pada bayi kurang dari 1 tahun,dan 0,1 ml pada anak. Disuntikkan secara
intrakutan.
Royan said : maksudnya
disuntikkan ke dalam lapisan kulit (bukan di otot).Bila
penyuntikan benar, akan ditandai kulit yang menggelembung.BCG ulang tidak dianjurkan karena manfaatnya
diragukan.
BCG tidak dapatdiberikan
pada penderita dengan gangguan kekebalan seperti pada penderita lekemia(kanker darah), anak dengan pengobatan obat steroid
jangka panjang dan penderitainfeksi HIV.
(Sumber : system
imun,imunisasi,dan penyakit imun. Prof.Dr.dr. A. Samik Wahab,
Spa(K). Widya Medika)
2.Imunisasi
Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B ini
juga merupakan imunisasi yang diwajibkan, lebihdari 100 negara memasukkan vaksinasi ini dalam program
nasionalnya. Jikamenyerang anak, penyakit
yang disebabkan virus ini sulit disembuhkan. Bila sejak lahir
telah terinfeksi virud hepatitis B (VHB) dapat menyebabkan
kelainan-kelainanyang dibawanya terus hingga dewasa. Sangat mungkin terjadi
sirosis atau pengerutanhati.
Banyak jalan masuk virus
hepatitis B ke tubuh si kecil. Yang potemsialmelalui
jalan lahir. Cara lain melalui kontak dengan darah penderita, semisal transfusidarah. Bisa juga melali alat-alat medis yang
sebelumnya telah terkontaminasi darahdari penderita hepatitis B, seperti jarum
suntik yang tidak steril atau peralatan yangada di klinik gigi. Bahkan
juga bisa lewat sikat gigi atau sisir rambut yang digunakanantar anggota
keluarga.
Malangnya, tak ada gejala
khas yang tampak secara kasat mata. Bahkan olehdokter sekalipun. Fungsi hati
kadang tak terganggu meski sudah mengalami sirosis.Anak juga terlihat sehat,
nafsu makan baik, berat badan juga normal. Penyakit barudiketahui
setelah dilakukan pemeriksaan darah.
5
Upaya
pencegahan adalah langkah terbaik. Jika ada salah satu anggotakeluarga dicurigai kena Virus Hepatitis B, biasanya
dilakukan screening terhadapanak-anaknya
untuk mengetahui apakah membawa virus atau tidak. Selain itu,imunisasi
merupakan langkah efektif untuk mencegah masuknya virus hepatitis B.
Jumlah Pemberian
Sebanyak 3 kali, dengan interval 1 bulan antara suntikan pertama dan
kedua, kemudian 5 bulan antara suntikan kedua dan ketiga.
Usia
Pemberian Sekurang-kurangnya 12 jam setelah lahir. Dengan
syarat,kondisi bayi stabil, tak ada gangguan pada paru-paru dan jantung.
Dilanjutkan padausia 1 bulan, dan usia 3-6 bulan. Khusus bayi yang lahir dari
ibu pengidap VHB,selain imunisasi tsb dilakukan tambahan
dengan imunoglobulin antihepatitis B dalamwaktu sebelum usia 24 jam
Lokasi
Penyuntikan Pada anak di lengan dengan cara intramuskuler.Sedangkan pada bayi di paha lewat anterolateral (antero=
otot-otot bagian depan,lateral=
otot bagian luar). Penyuntikan di bokong tidak dianjurkan karena bisamengurangi
efektivitas vaksin.
Tanda
Keberhasilan:Tak ada tanda klinis
yang dapat dijadikan patokan. Namun dapat dilakukan
pengukuran keberhasilan melalui pemeriksaan darah denganmengecek kadar hepatitis B-nya setelah anak berusia setahun. Bila kadarnya
di atas1000, berarti daya tahanya 8
tahun; diatas 500, tahan 5 tahun; diatas 200 tahan 3tahun. Tetapi kalau
angkanya cuma 100, maka dalam setahun akan hilang. Sementara bila angkanya
0 berarti si bayi harus disuntik ulang 3 kali lagi.
Tingkat Kekebalan: Cukup tinggi, antara 94-96%. Umumnya setelah 3 kalisuntikan,
lbih dari 95% bayi mengalami respons imun yang cukup.
Indikator Kontra:
Tak dapat diberikan pada anak yang sakit berat
3.Polio
Imunisasi polio ada 2
macam, yang pertama oral polio vaccine atau yang sering dilihat dimana mana yaitu vaksin tetes mulut.
5
Sedangkan yang keduainactivated polio vaccine, ini yang disuntikkan. Kalo yang
tetes mudah diberikan,murah dan mendekati rute penyakit aslinya, sehingga
banyak digunakan. Kalo yang injeksi efek proteksi lebih
baik tapi mahal dan tidak punya efek epidemiologis. Selain itu saat ini MUI
telah mengeluarkan fatwa agar pemakaian vaksin polio injeksi hanya ditujukan pada penderita yang tidak boleh mendapat
vaksin polio tetes karena dayatahan tubuhnya lemah Polio atau lengkapnya poliomelitis adalah suatu
penyakit radang yang menyerang saraf
dan dapat menyebabkan lumpuh pada kedua kaki. Walaupun dapat sembuh, penderita akan
pincang seumur hidup karena virus ini membuat otot-otot lumpuh dan tetap
kecil.
Di wikipedia dijelaskan
bahwa Polio sudah dikenal sejak zaman pra sejarah. Lukisan dinding di kuil-kuil
Mesir kuno menggambarkan orang-orang sehat dengan kaki layu yang berjalan
dengan tongkat. Kaisar Romawi Claudius terserang polio ketika
masih kanak-kanak dan menjadi pincang seumur hidupnya.
Virus polio menyerang tanpa peringatan
merusak system saraf menimbulkan kelumpuhan permanen,biasanya pada kaki.
Sejumlah besar penderita
meninggal karena tidak dapat menggerakkan otot
pernapasan. Ketika polio menyerang Amerika selama dasawarsa seusai Perang Dunia
II, penyakit itu disebut ‘momok semua orangtua’,
karena menjangkiti anak-anak terutama yang berumur di bawah lima tahun. Disana
para orang tua tidak membiarkan anak mereka keluar rumah, gedung-gedung bioskop
dikunci, kolam renang, sekolah dan bahkan gereja tutup.
Virus polio menular
secara langsung melalui percikan ludah penderita ataumakanan
dan minuan yang dicemari.
Pencegahannya dengan
dilakukan menelan vaksin polio 2 (dua) tetes setiapkali
sesuai dengan jadwal imunisasi.
6
4.DTP
Deskripsi
Vaksin Jerap DTP adalah vaksin yang terdiri dari toksoid difteri dan tetanus yang dimurnikan, serta bakteri pertusis
yang telah diinaktivasi yangteradsorbsi ke dalam 3 mg / ml Aluminium
fosfat. Thimerosal 0,1 mg/ml digunakansebagai
pengawet. Potensi vaksin per dosis tunggal sedikitnya 4 IU pertussis, 30 IUdifteri
dan 60 IU tetanus. Indikasi Untuk Imunisasi secara simultan terhadap difteri,
tetanus dan batuk rejan.
Komposisi
Tiap ml mengandung Toksoid difteri yang dimurnikan 40 Lf Toksoid tetanus yang dimurnikan 15 Lf B, pertussis yang
di inaktivasi 24 OUAluminium fosfat 3 mg Thimerosal 0,1 mg. Dosis
dan cara pemberiaan vaksin harus di kocok dulu
untuk menghomogenkan suspensi. Vaksin
harus disuntikkan secara intramuskuler atausecara subkutan yang dalam. Bagian
anterolateral paha atas merupakan bagian yangdirekomendasikan untuk tempat
penyuntikkan. (Penyuntikan di bagian pantat padaanak-anak tidak
direkomendasikan karena dapat mencederai syaraf pinggul). Tidak boleh disuntikkan pada kulit karena dapat
menimbulkan reaksi lokal. Satu dosisadalah
0,5 ml. Pada setiap penyuntikan harus digunakan jarum suntik dan syringeyang
steril.
Di negara-negara dimana
pertussis merupakan ancaman bagi bayi muda,imunisasi
DTP harus dimulai sesegera mungkin dengan dosis pertama diberikan padausia 6 minggu dan 2 dosis berikutnya diberikan
dengan interval masing-masing 4minggu.
Vaksin DTP dapat diberikan secara aman dan efektif pada waktu yang bersamaan
dengan vaksinasi BCG, Campak, Polio (OPV dan IPV), Hepatitis B, Hib.dan vaksin
Yellow Fever.
Kontraindikasi Terdapat
beberapa kontraindikasi yang berkaitan dengansuntikan
pertama DTP. Gejala-gejala keabnormalan otak pada periode bayi baru lahir atau gejala-gejala serius keabnormalan pada saraf
merupakan kontraindikasi dari komponen pertussis. Imunisasi DTP kedua tidak
boleh diberikan kepada anak yangmengalami gejala-gejala parah pada dosis
pertama DTP.
7
Komponen pertussis harus
dihindarkan, dan hanya dengan diberi DT untuk meneruskan imunisasi ini.
Untuk individu penderita virus
human immunodefficiency (HIV) baik dengan gejalamaupun tanpa gejala harus
diberi imunisasi DTP sesuai dengan standar jadual tertentu.
5.Campak
Imunisasi
campak sebenarnya bayi sudah mendapatkan kekebalan campak dari ibunya. Namun seiring bertambahnya usia, antibodi
dari ibunya semakin menurun sehingga butuh antibodi tambahan
lewat pemberian vaksin campak. Apalagi penyakit
campak mudah menular, dan mereka yang daya tahan tubuhnya lemahgampang sekali terserang penyakit yang disebabkan
virus Morbili ini. Untungnya campak
hanya diderita sekali seumur hidup. Jadi, sekali terkena campak, setelah itu biasanya
tak akan terkena lagi.
Penularan campak terjadi
lewat udara atau butiran halus air ludah (droplet) penderita yang terhirup melalui hidung atau mulut.
Pada masa inkubasi yang berlangsung sekitar
10-12 hari, gejalanya sulit dideteksi. Setelah itu barulah munculgejala flu (batuk, pilek, demam), mata kemerahabn
dan berair, si kecil pun merasasilau saat melihat cahaya. Kemudian, disebelah
dalam mulut muncul bintik-bintik putih yang akan bertahan 3-4 hari.
Beberapa anak juga mengalami diare. satu-duahari kemudian timbul demam
tinggi yang turun naik, berkisar 38-40,5 derajat celcius.
Seiring dengan itu barulah muncul
bercak-bercak merah yang merupakan cirikhas
penyakit ini. Ukurannya tidak terlalu besar, tapi juga tidak terlalu kecil.Awalnya haya muncul di beberapa bagian tubuh saja
seperti kuping, leher, dada,muka, tangan dan kaki. Dalam waktu 1 minggu,
bercak-bercak merah ini hanya di beberapa bagian tibih saja dan
tidak banyak.
Jika bercak merah sudah
keluar, umumnya demam akan turun dengansendirinya.
Bercak merah pun akan berubah menjadi kehitaman dan bersisik, disebuthiperpigmentasi.
8
Pada akhirnya bercak akan
mengelupas atau rontok atau sembuhdengan
sendirinya. Umumnya dibutuhkan waktu hingga 2 minggu sampai anak sembuh
benar dari sisa-sisa campak. Dalam kondisi ini tetaplah meminum obat yangsudah
diberikan dokter. Jaga stamina dan konsumsi makanan bergizi. Pengobatannya bersifat simptomatis, yaitu mengobati
berdasarkan gejala yang muncul. Hingga saatini, belum ditemukan obat
yang efektif mengatasi virus campak.
Jika tak ditangani dengan
baik campak bisa sangat berbahaya. Bisa terjadikomplikasi, terutama pada campak yang berat. Ciri-ciri
campak berat, selain bercaknya di
sekujur tubuh, gejalanya tidak membaik setelah diobati 1-2 hari.Komplikasi yang terjadi biasanya berupa radang paru-paru
dan radang otak.Komplikasi ini yang umumnya paing sering
menimbulkan kematian pada anak.
Usia dan Jumlah Pemberian
Sebanyak 2 kali; 1 kali di usia 9 bulan, 1 kali diusia 6 tahun. Dianjurkan, pemberian campak ke-1 sesuai
jadwal. Selain karenaantibodi
dari ibu sudah menurun di usia 9 bulan, penyakit campak umumnyamenyerang anak usia balita. Jika sampai 12 bulan belum
mendapatkan imunisasicampak, maka pada usia 12
bulan harus diimunisasi MMR (Measles Mump Rubella).
D.Efek Imunisasi
1.Efek Imunisasi
Imunisasi memang penting untuk membangun
pertahanan tubuh bayi. Tetapi,orangtua masa
kini seharusnya lebih kritis terhadap efek samping imunisasi yangmungkin
menimpa Si Kecil.
Pertahanan tubuh bayi dan balita belum
sempurna. Itulah sebabnya pemberian imunisasi,
baik wajib maupun lanjutan, dianggap penting bagi mereka untuk membangun pertahanan tubuh. Dengan imunisasi,
diharapkan anak terhindar dari berbagai penyakit yang membahayakan
jiwanya.
9
Di lain pihak, pemberian
imunisasi kadang menimbukan efek samping.Demam tinggi pasca-imunisasi DPT, misalnya, kerap membuat
orangtua was-was.Padahal, efek samping ini sebenarnya pertanda baik, karena
membuktikan vaksinyang dimasukkan ke dalam
tubuh tengah bekerja. Namun, kita pun tidak bolehmenutup
mata terhadap fakta adakalanya efek imunisasi ini bisa sangat berat,
bahkan berujung kematian. Realita ini, menurut Departemen Kesehatan RI
disebut "KejadianIkutan Pasca
Imunisasi"(KIPI). Menurut Komite Nasional Pengkajian danPenanggulangan
(KN PP) KIPI, KIPI adalah semua kejadian sakit dan kematian yangterjadi dalam
masa satu bulan setelah imunisasi.
2.Tidak Ada yang Bebas Efek
Samping
Menurut Komite KIPI,
sebenarnya tidak ada satu pun jenis vaksin imunisasiyang
aman tanpa efek samping. Oleh karena itu, setelah seorang bayi diimunisasi,
iaharus diobservasi terlebih dahulu setidaknya 15 menit, sampai dipastikan
tidak terjadiadanya KIPI (reaksi cepat).Selain
itu, menurut Prof. DR. Dr. Sri Rejeki Hadinegoro SpA.(K), untuk menghindari
adanya kerancuan antara penyakit akibat imunisasi dengan yang bukan,maka gejala
klinis yang dianggap sebagai KIPI dibatasi dalam jangka waktu tertentu.
"Gejala klinis KIPI dapat timbul secara cepat maupun
lambat. Dilihat dari gejalanya pun,
dapat dibagi menjadi gejala lokal, sistemik, reaksi susunan saraf pusat, sertareaksi
lainnya," terang Ketua Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI)ini.
Pada umumnya, semakin
cepat KIPI terjadi, semakin cepat gejalanya. Pada keadaan tertentu lama pengamatan KIPI dapat mencapai masa
42 hari (pasca-vaksinasi rubella),
bahkan 42 hari (pasca-vaksinasi campak dan polio). Reaksi juga bisa
diakibatkan reaksi simpang (adverse events) terhadap obat atau vaksin, atau kejadian
lain yang bukan akibat efek langsung vaksin, misalnya alergi. "Pengamatan juga ditujukan untuk efek samping yang timbul
akibat kesalahan teknik pembuatan, pengadaan,
distribusi serta penyimpanan vaksin. Kesalahan prosedur dan teknik pelaksanaan
imunisasi, atau semata-mata kejadian yang timbul kebetulan," demikian Sri.
10
Penelitian Vaccine
Safety Committee, Institute of Medicine (IOM), AS,melaporkan, sebagian besar KIPI terjadi karena faktor
kebetulan. "Kejadian yang memang
akibat imunisasi tersering adalah akibat kesalahan prosedur dan teknik pelaksanaan atau pragmatic errors)," tukas
dokter yang berpraktek di RSUPN CiptoMangunkusumo ini.
Stephanie Cave MD, ahli
medis yang menulis "Yang Orangtua Harus Tahu tentang
Vaksinasi Pada Anak" menyebutkan, peluang terjadinya efek samping
vaksin pada bayi dan anak-anak adalah karena mereka dijadikan target
imunisasi massal oleh pemerintah, pabrik vaksin, maupun dokter. Padahal,
imunisasi massal yang memilikisikap
"satu ukuran untuk semua orang" ini sangat berbahaya. Karena,
"Setiap anak adalah pribadi
tersendiri, dengan bangun genetika, lingkungan sosial, riwayatkesehatan, keluarga dan pribadi yang unik, yang
bisa berefek terhadap cara mereka bereaksi terhadap suatu
vaksin," demikian Cave.
3.Beberapa Kejadian
Pasca-Imunisasi
Secara garis besar, tidak
semua KIPI disebabkan oleh imunisasi. Sebagian besar
ternyata tidak ada hubungannya dengan imunisasi. Untuk lebih jelasnya,
berikutini beberapa faktor KIPI yang bisa terjadi pasca-imunisasi:
a.Reaksi
Suntikan
Semua gejala klinis yang terjadi
akibat trauma tusukan jarum suntik, baik langsung maupun tidak langsung
harus dicatat sebagai reaksi KIPI. Reaksi suntikanlangsung misalnya rasa sakit, bengkak dan kemerahan pada
tempat suntikan.Sedangkan reaksi suntikan tidak langsung
misalnya rasa takut, pusing, mual, sampaisinkope atau pingsan.
b.Reaksi Suntikan
Gejala KIPI yang disebabkan masuknya
vaksin ke dalam tubuh umumnya sudah diprediksi terlebih dahulu karena umumnya
"ringan". Misal, demam pasca-imunisasi
DPT yang dapat diantisipasi dengan obat penurun panas.
11
Meski
demikian, bisa juga reaksi induksi
vaksin berakibat parah karena adanya reaksi simpang didalam tubuh (misal, keracunan), yang mungkin
menyebabkan masalah persarafan,kesulitan memusatkan perhatian, nasalah perilaku
seperti autisme, hingga resikokematian.
c.Faktor Kebetulan
Seperti disebut di atas, ada juga kejadian yang timbul
secara kebetulan setelah bayi diimunisasi. Petunjuk "faktor
kebetulan" ditandai dengan ditemukannya kejadiansama di saat bersamaan pada kelompok populasi setempat, dengan
karakterisitik serupa tetapi tidak mendapatkan imunisasi.
d. Penyebab tidak di
ketahui
Bila kejadian atau masalah yang
dilaporkan belum dapat dikelompokkan kedalam salah satu penyebab, maka untuk sementara
dimasukkan ke kelompok "penyebab
tidak diketahui" sambil menunggu informasi lebih lanjut. Biasanya,dengan
kelengkapan informasi akan dapat ditentukan kelompok penyebab KIPI.
'Imunisasi itu Aman' Ilmu
Pengetahuan atau Fiksi?
Keraguan tentang aman-tidaknya imunisasi
bukan sesuatu yang mengada-ada.Saat ini sudah ada puluhan ribu kejadian buruk
akibat imunisasi yang dilaporkan, dan puluhan
ribu lainnya yang tidak dilaporkan. Pada anak-anak, imunisasi (danantibiotik) bertanggung jawab untuk sebagian besar
reaksi negatif dibanding obat-obat resep lainnya. Jadi realitanya, tidak
ada obat yang aman untuk setiap anak. Dan, beberapa obat lebih berbahaya
dari pada beberapa obat lainnya.
Keamanan imunisasi
seharusnya berlandaskan pada ilmu pengetahuan yang baik, bukan hipotesa,
pendapat, keyakinan perorangan, atau pengamatan. Namunfaktanya, hingga kini
banyak yang tidak diketahui para ilmuwan tentang cara kerjaimunisasi di dalam
tubuh pada tingkat sel dan molekul. Tes yang memadai untuk imunisasi juga
tidak ada. Yang juga kurang, adalah pengertian tentang efek jangka panjang
dari imunisasi massal bagi bayi dan anak-anak.
12
Yang diketahui adalah, sejak akhir tahun 1950-an, ketika imunisasi massal mulai
diwajibkan di Amerika Serikat,telah
terjadi peningkatan kasus kelainan sistem imun dan persarafan,
termasuk kesulitan memusatkan perhatian, asma, autisme, diabetes
anak-anak, sindromakeletihan menahun, kesulitan belajar, rematoid artritis,
multipel sklerosis, danmasalah kesehatan yang menahun lainnya.
Di Amerika Serikat dan
tempat-tempat lain di dunia, adanya peningkatan besar
jumlah masalah medis yang terkait dengan imunisasi yang dilaporkan orangtuadan profesional kedokteran, telah mencetuskan
suatu gerakan yang menuntutdilakukannya
lebih banyak kajian yang lebih baik tentang potensi efek buruk jangka panjang
atau menahun dari imunisasi.Imunisasi kadang
dapat mengakibatkan efek samping. Ini adalah tanda baik yang
membuktikan bahwa vaksin betuk-betul bekerja secara tepat.
Efek
samping yang biasa terjadi adalah sebaagai berikut:
1.BCG
Setelah 2 minggu akan terjadi
pembengkakan kecil dan merah ditempatsuntikan. Setelah 2–3 minggu kemudian
pembengkakan menjadi abses kecildan kemudian menjadi luka
dengan garis tengah ±10 mm. Luka akan sembuhsendiri dengan meninggalkan luka
parut yang kecil.
2.DPT
Kebanyakan bayimenderita panaspada
waktusoreharisetelah mendapatkan imunisasi DPT, tetapi panas akan turun dan
hilang dalam waktu2 hari. Sebagian besar merasa nyeri sakit, kemerahan atau bengkak
di tempatsuntikan.Keadaan ini tidak
berbahaya dan tidak perlu mendapatkan pengobatan khusus, akan
sembuh sendiri.Bila gejala diatas tidak timbul tidak perlu diragukan
bahwa imunisasi tersebut tidak memberikan perlindungan danImunisasi tidak perlu
diulang.
3.POLIO
:
Jarang timbuk efek
samping.
13
4.CAMPAK
:
Anak mungkin panas,
kadang disertai dengan kemerahan 4–10hari sesudah penyuntikan.
5.HEPATITIS
:
Belum pernah dilaporkan
adanya efek samping.Perlu diingat efek samping imunisasi jauh
lebih ringan daripada efek penyakit bila bayi tidak diimunisasi.
E.Penyakit – Penyakit Yang
Ditimbulkan Pada Anak Yang Tidak Di Imunisasi
Imunisasi, tak hanya
menjaga agar anak tetap sehat, tapi juga ampuh untuk mencegah dan
menangkal timbulnya penyakit serta kematian pada anak-anak. Lalu mengapa kadangkala orangtua kerap mengabaikan tindakan
penting tersebut?Bukankah lebih baik mencegah daripada
mengobati?Sesuai dengan yang diprogramkan
oleh organisasi kesehatan dunia WHO(Badan Kesehatan Dunia), Pemerintah
Indonesia menetapkan ada 12 imunisasi yangharus
diberikan kepada anak-anak. 5 Diantaranya merupakan imunisasi yang wajib diberikan
sebab fungsinya adalah untuk mencegah anak dari serangan penyakit – penyakit
seperti:
1.Tuberkulosis
(TBC)
Tuberkulosis, terutama TB paru, merupakan
masalah yang timbul tidak hanyadi negara berkembang tetapi juga di negara maju.
Tuberkulosis tetap merupakan salahsatu
penyebab tingginya angka kesakitan dan kematian, baik di negara berkembangmaupun
di negara maju faktor resiko infeksi dan
faktor resiko progresi infeksi menjadi penyakit( resiko penyakit ).Resiko Infeksi TB Faktor resiko terjadinya infeksi
TB antara lain adalah :anak yang memiliki kontak dengan orang dewasa dengan TB
aktif, daerah endemis, penggunaan obat-obat intravena, kemiskinan,
serta lingkungan yang tidak sehat.
2.Hepatitis
B
yang disebabkan virus
hepatitis B yang berakibat pada hatiPenyakit hepatitis B pada
bayi menjadi kronik jauh lebih besar (lebih dari 90 persen) dibandingkan kemungkinan pada orang dewasa. "Oleh
karena itu, bagi bayivaksin hepatitis B mutlak perlu.
14
Ciri-ciri penderita
hepatitis B umumnya tak diketahui secara jelas karena penderita
seperti orang sehat. Akibatnya ia tak segera menyadari dirinya telah
tertular virus hepatitis B, bahkan
sudah menularkannya kepada orang lain. "Sebaiknya,mereka yang
memiliki gejala kuning pada mata, kulit, lesu, tak memiliki nafsu makanserta sakit lambung-seperti maag yang tak sembuh
dalam tempo enam bulan-segera periksa ke dokter.
Virus hepatitis B
diketahui sebagai salah satu virus yang paling mudahmenular. Bahkan, penularan virus ini 100 kali lebih
menular daripada HIV (virus penyebab AIDS), dan diperkirakan menginfeksi
10 kali lebih banyak daripada HIV.Virus
itu menyerang hati dan merusak organ tubuh secara tak langsung melaluigangguan sistem kekebalan. Pada serangan tahap awal masih
bisa disembuhkan jikasegera diobati. Namun, jika
penyakit berkembang lebih berat maka ia akan mencapaitahap hepatitis akut, sirosis (pengerasan hati), sampai kemudian
mengakibatkanmunculnya kanker hati.
3.Penyakit
polio.
Penyakit ini disebabkan
virus, menyebar melalui tinja/kotoranorang yang terinfeksi. Anak
yang terkena polio dapat menjadi lumpuh layuh.Poliomyelitis
atau Polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yangdisebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini,
sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut,
mengifeksi saluran usus. Virus inidapat
memasuki aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkanmelemahnya
otot dan kadang kelumpuhan. Kata Polio sendiri berasal dari bahasaYunani yaitu πολιομυελίτις, atau bentuknya yang
lebih mutakhir πολιομυελίτιδα,
dari πολιός "abu-abu" dan μυελός "bercak". Virus Polio
termasuk genus enteroviorus, famili Picornavirus. Bentuknya adalah
ikosahedral tanpa sampuldengan genome RNA
single stranded messenger molecule. Single RNA inimembentuk hampir 30 persen dari virion dan sisanya
terdiri dari 4 protein besar (VP1-4)
dan satu protein kecil (Vpg).
15
Polio adalah penyakit menular yang dikategorikan sebagai penyakit peradaban. Polio menular
melalui kontak antar manusia. Virus masuk ke dalam tubuh
melalui mulut ketika seseorang memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi feses.
Poliovirus adalah virus
RNA kecil yang terdiri atas tiga strain berbeda danamat menular. Virus akan menyerang sistem saraf dan
kelumpuhan dapat terjadidalam hitungan jam. Polio
menyerang tanpa mengenal usia, lima puluh persen kasus terjadi pada anak berusia antara 3 hingga 5 tahun. Penyebab penyakit
polio terdiriatas tiga strain yaitu strain 1 (brunhilde) strain 2
(lanzig), dan strain 3 (Leon). Strain 1adalah yang paling paralitogenik atau
yang paling ganas dan sering kali menyebabkan kejadian luar biasa atau wabah.
Strain ini sering ditemukan di Sukabumi.Sedangkan Strain 2 adalah yang paling
jinak. Penyakit Polio terbagi atas tiga jenis
yaitu Polio non-paralisis, Polio paralisis spinal, dan Polio bulbar. -Polio
non- paralisis menyebabkan demam, muntah, sakit perut, lesu, dan sensitif.
Terjadi kram otot pada leher dan punggung, otot terasa lembek jika
disentuh. -Polio Paralisis Spinal
Jenis Strain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel
tanduk anterior yang mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan otot tungkai.Meskipun strain ini dapat menyebabkan kelumpuhan
permanen, kurang dari satu penderita dari 200 penderita akan mengalami
kelumpuhan. Kelumpuhan palingsering ditemukan terjadi pada kaki. Setelah
poliovirus menyerang usus, virus ini akandiserap oleh kapiler darah pada
dinding usus dan diangkut seluruh tubuh.Poliovirus
menyerang saraf tulang belakang dan neuron motor -- yangmengontrol gerak fisik. Pada periode inilah muncul
gejala seperti flu. Namun, pada penderita yang tidak memiliki kekebalan
atau belum divaksinasi, virus ini biasanyaakan menyerang seluruh bagian
batang saraf tulang belakang dan batang otak. Infeksi ini akan mempengaruhi
sistem saraf pusat menyebar sepanjang serabut saraf. Seiringdengan berkembang biaknya virus dalam sistem
saraf pusat, virus akanmenghancurkan neuron motor.
16
Neuron motor tidak
memiliki kemampuan regenerasi dan otot yang berhubungan
dengannya tidak akan bereaksi terhadap perintah dari sistem saraf pusat.Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai menjadi
lemas -- kondisi ini disebutacute flaccid paralysis (AFP). Infeksi parah pada
sistem saraf pusat dapat menye- babkan kelumpuhan pada batang tubuh dan
otot pada toraks (dada) dan abdomen(perut), disebut quadriplegia. -Polio Bulbar
Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga batang otak ikut terserang. Batang
otak mengandung neuron motor
yang mengatur pernapasan dan saraf kranial, yangmengirim sinyal ke berbagai
otot yang mengontrol pergerakan bola mata; saraf trigeminal dan
saraf muka yang berhubungan dengan pipi, kelenjar air mata, gusi, danotot muka; saraf auditori yang mengatur
pendengaran; saraf glossofaringeal yangmembantu proses menelan dan
berbgai fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah danrasa; dan saraf yang
mengirim sinyal ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf tambahanyang mengatur pergerakan leher. Tanpa alat bantu
pernapasan, polio bulbar dapat menyebabkan kematian. Lima hingga sepuluh
persen penderta yang menderita polio bulbar akan meninggal ketika otot
pernapasan mereka tidak dapat bekerja. Kematian biasanya terjadi setelah
terjadi kerusakan pada saraf kranial yang bertugas mengirim''perintah
bernapas'' ke paru-paru.
Penderita juga dapat
meninggal karena kerusakan pada fungsi penelanan;korban dapat ''tenggelam'' dalam sekresinya sendiri
kecuali dilakukan penyedotanatau diberi perlakuan
trakeostomi untuk menyedot cairan yang disekresikan sebelummasuk ke dalam
paru-paru. Namun trakesotomi juga sulit dilakukan apabila penderitatelah menggunakan ''paru-paru besi'' (iron lung).
Alat ini membantu paru-paru yanglemah dengan cara menambah dan
mengurangi tekanan udara di dalam tabung. Kalautekanan udara ditambah,
paru-paru akan mengempis, kalau tekanan udara dikurangi, paru-paru akan mengembang. Dengan demikian udara terpompa keluar
masuk paru-paru.Infeksi yang jauh
lebih parah pada otak dapat menyebabkan koma dankematian.
17
Penyakit Polio dapat
ditularkan oleh infeksi droplet dari oro-faring (mulut dantenggorokan) atau dari tinja penderita yang telah
terinfeksi selain itu juga dapatmenular melalui oro-fecal (makanan dan
minuman) dan melalui percikan ludah yangkemudian
virus ini akan berkembangbiak di tengorokan dan usus lalu kemudianmenyebar
ke kelenjar getah bening, masuk ke dalam darah serta menyebar ke seluruh tubuh.
Penularan terutama sering terjadi langsung dari manusia ke
manusia melaluifekal-oral (dari tinja ke mulut) atau yang
agak jarang terjadi melalui oral-oral (mulutke
mulut). Virus Polio dapat bertahan lama pada air limbah dan air permukaan, bahkan
dapat sampai berkilo-kilometer dari sumber penularannya.Penularan terutama
terjadi akibat tercemarnya lingkungan leh virus polio dari penderita yang telah terinfeksi, namun virus
ini hidup di lingkungan terbatas. VirusPolio sangat tahan terhadap
alkohol dan lisol, namun peka terhadap formaldehide danlarutan klor. Suhu yang
tinggi dapat cepat mematikan virus tetapi pada keadaan bekudapat bertahun-tahun
masa hidupnya.
4.Penyakit
campak (tampek)
Penyakit Campak (Rubeola,
Campak 9 hari, measles) adalah suatu infeksivirus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam,
batuk, konjungtivitis(peradangan
selaput ikat mata/konjungtiva) dan ruam kulit. Penyakit ini disebabkankarena
infeksi virus campak golongan Paramyxovirus Penularan infeksi terjadi karena
menghirup percikan ludah penderita campak.Penderita bisa menularkan infeksi ini
dalam waktu 2-4 hari sebelum rimbulnya ruamkulit dan 4 hari setelah ruam kulit
ada.
Penyebab Campak, rubeola, atau measles Adalah
penyakit infeksi yang sangatmudah menular
atau infeksius sejak awal masa prodromal, yaitu kurang lebih 4hari pertama
sejak munculnya ruam. Campak disebabkan oleh paramiksovirus ( virus campak). Penularan terjadi melalui percikan ludah dari hidung, mulut
maupun.Difteri disebabkan oleh kuman Corynebacterium diphtheriae, suatu
bakterigram positif yang berbentuk polimorf, tidak bergerak dan tidak membentuk
spora.
18
Gejala utama dari
penyakit difteri yaitu adanya bentukan pseudomembran yangmerupakan hasil kerja dari kuman ini. Pseudomembran
sendiri merupakan lapisantipis berwarna putih keabu abuan yang timbul terutama
di daerah mukosa hidung,mulut sampai tenggorokan. Disamping menghasilkan
pseudomembran, kuman ini juga
menghasilkan sebuah racun yang disebut eksotoxin yang sangat berbahayakarena
menyerang otot jantung, ginjal dan jaringan syaraf (www.blogdokter.net).
Difteri dapat menyerang
seluruh lapisan usia tapi paling sering menyeranganak-anak yang belum
diimunisasi. Pada tahun 2000, di seluruh dunia dilaporkan30.000
kasus dan 3.000 orang diantaranya meninggal karena penyakit iniKata tetanus
diambil dari bahasa Yunani yaitu tetanos dari teinein yang berartimenegang. Penyakit ini adalah penyakit infeksi di
mana spasme otot tonik danhiperrefleksia
menyebabkan trismus (lockjaw), spasme otot umum, melengkungnya punggung
(opistotonus), spasme glotal, kejang dan spasme dan paralisis
pernapasan(wikipedia.org).
Penyakit tetanus disebabkan
oleh bakteri Clostridium tetani yang terdapat ditanah, kotoran hewan, debu, dan sebagainya. Bakteri ini
masuk ke dalam tubuhmanusia melalui luka
yang tercemar kotoran. Di dalam luka bakteri ini akan berkembang
biak dan membentuk toksin (racun) yang menyerang saraf.UNICEF (United Nations Children’s Fund/Dana PBB untuk Anak-Anak)menyebutkan dalam situsnya bahwa tetanus sangat
berisiko terkena pada bayi-bayiyang dilahirkan dengan bantuan dukun bayi di
rumah dengan peralatan yang tidak steril;
mereka juga beresiko ketika alat-alat yang tidak bersih digunakan untuk memotong
tali pusar dan olesan-olesan tradisional atau abu digunakan untuk menutupluka bekas potongan (www.unicef.org).
Angka kematian yang
diakibatkan olehtetanus berkisar antara 15-25%. Pertusis atau batuk rejan adalah penyakit infeksi
bakterial yang menyerang sistem pernapasan yang melibatkan pita suara
(larinks), trakea dan bronkial.
19
Infeksi ini menimbulkan
iritasi pada saluran pernapasan sehingga menyebabkan serangan batuk yang parah.
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis yang bersarang
di saluran pernapasan dan sangat mudah tertular (www.warmasif.co.id).
Pertusis dapat menyerang
segala umur, 60 % menyerang anak-anak yang berumur kurang dari 5 tahun. Penyakit ini akan
menjadi serius jika menyerang bayi berumur kurang dari 1 tahun. Biasanya
pada bayi yang baru lahir dan keadaannyamenjadi
lebih parah. Pada tahun 2000 diperkirakan 39 juta kasus terjadi dan 297.000kematian
terjadi didunia yang diakibatkan oleh pertusis.
5. Imunisasi MMR
1.Defenisi
Imunisasi MMR adalah
imunisasi kombinasi untuk mencegah penyakitCampak,
Campak Jerman dan Penyakit Gondong. Pemberian vaksin MMR biasanya diberikan pada usia anak 16 bulan. Vaksin ini
adalah gabungan vaksin hidup yang dilemahkan. Semula vaksin ini ditemukan
secara terpisah, tetapi dalam beberapatahun kemudian digabung menjadi
vaksin kombinasi. Kombinasi tersebut terdiri darivirus hidup Campak galur Edmonton atau Schwarz yang telah dilemahkan,Componen Antigen Rubella dari virus hidup Wistar RA
27/3 yang dilemahkan danAntigen gondongen dari virus hidup galur Jerry
Lynn atau Urabe AM-9.
2.Tujuan
Tujuan diberikannya
imunisasi MMR ini adalah untuk mencegah ataumengurangi terjadinya infeksi pada anak yang disebabkan
penyakit-penyakit,gondongan dan rubela.
20
3.Efek Samping
Beberapa ahli memang ada
yang mengkhawatirkan dengan pemberian MMR ini, dapat memberikan autisme yang disebabkan pelarut
MMR mengandungTiomersal, tetapi dugaan tersebut tidak
terbukti. Seperti yang dikemukakan AndrewWakefield
tahun 1998, MMR tidak terbukti menyebabkan autisme karena sampelyang diteliti
hanya pada 12 pasien. “Itulah sebabnya hingga sekarang, MMR tetap aman untuk diberikan pada anak mengingat
pentingnya imunisasi ini terhadap perlindungan anak,”
ungkapnya.Pencegahan sindrom rubela congenital merupakan tujuan pemberian
imunisasirubela.
Rubela adalah penyakit
yang cukup berbahaya apabila terjadi diawalkehamilan, karena dapat menimbulkan kelainan jiwa,
kelahiran prematur, dan cacat bawaan.Apabila cacat dari lahir, bayi dapat mengalami
cacat dalam bentuk, tuli,kelainan
mata, kalainan jantung, kelainan saraf, mikrosefali, dan retardasi mental.“Untuk
menghindar penyakit ini, ibu-ibu harus memiliki kekebalan rubela sejak kecil,sehingga diharapkan penyakit tersebut tidak akan
terjadi pada bayi yang akandilahirkan.
G.Penyakit Yang Kemungkinan
Akan Ada Bila Tidak Mendapat ImunisasiMMR
Vaksin MMR merupakan vaksin yang diberikan
kepada anak untuk mencegah penyakit campak, gondongan, dan campak Jerman.
1. Bedanya campak biasa dan
campak jerman itu apa?
Campak biasa, berbeda
dari campak Jerman atau rubela. Campak Jermanumumnya
memiliki dampak lebih ringan dan tidak fatal. Umumnya pun terjadi padaanak usia
5 sampai 14 tahun.Memang gejalanya hampir
sama dengan campak biasa, seperti flu, batuk, pilek dan demam tinggi. Yang membedakan, bercak merah pada rubela
tidak timbulterlalu banyak dan tidak separah campak biasa, juga cepat
menghilang dalam waktu 3hari. Gejala lain,
umumnya nafsu makan anak akan menurun karena terjadi pembengkakan
pada limpa.Justru kita harus lebih khawatir
bila rubela menyerang wanita hamil karenavirusnya bisa menular pada
janin melalui plasenta.
21
Bila janin tertular maka anak yangdilahirkan akan mengalami sindrom rubela kongenital
dengan kelainan-kelainan,misalnya mata bayi mengalami katarak, tidak
bisa mendengar, terjadi pengapuran diotak, juga banyak terjadi anak-anak tumbuh
dengan keterbelakangan perkembangan.Setiap
anak perempuan harus mendapat vaksinasi rubela. Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya rubela serta melindungi
janin yang dikandungnya kelak.Tak hanya pada perempuan, vaksinasi rubela pun
penting bagi kaum pria. Gunanyamencegah agar tidak terserang rubela dan
menulari sang istri yang mungkin tengahhamil nanti.
2.Tidak Adanya Hubungan
Antara Terjadinya Autisme Dengan Imunisasi Mmr
a).Akhir-akhir ini pada sebagian masyarakat tersebar
informasi tentang dugaan adanya hubungan antara autisme dengan imunisasiMMR
(Measles, Mumps,Rubella).
b).Imunisasi adalah pemberian vaksin pada tubuh seseorang
dengan tujuan untuk meningkatkan kekebalan
terhadap penyakit infeksi tertentu. Pemerintah telah melaksanakan Program
Imunisasi sejak lebih dari 30 tahun yang lalu dan telah berhasil menurunkan angka kesakitan dan angka kematian dari
berbagai penyakit menular.
Program Imunisasi di
Indonesia mencakup antara lain pemberian vaksin untuk meningkatkan
kekebalan bayi terhadap penyakit tuberkolosa
(vaksin BCG), difteria , batuk rejan, dan tetanus (vaksin DPT), poliomyelitis (vaksin Polio), campak (vaksin
Campak), dan hepatitis B(vaksin
Hepatitis B). Program Imunisasi juga mencakup pemberian vaksinuntuk
meningkatkan kekebalan ibu dan bayi terhadap penyakit tetanus (vaksinTT) dan peningkatan kekebalan anak sekolah dasar
terhadap penyakit difteridan tetanus (vaksin DT).
22
c).Autisme adalah gangguan petumbuhan anak yang kronik dengan
gejala utamagangguan interaksi
sosial, komunikasi, serta keterbatasan perhatian danaktifitas,
biasanya terjadi pada usia di bawah 3 tahun.
d).Vaksin MMR merupakan vaksin yang diberikan kepada anak
dengan maksud untuk mencegah penyakit
campak, gondongan dan campak Jerman (German
measles). Di Indonesia, vaksin MMR telah digunakan untuk imunisasi anak
di berbagai rumah sakit dan klinik, walaupun belum termasuk dalam jenis
vaksin yang digunakan dalam Program
Imunisasi Nasional.
Vaksin MMR yang dipasarkan di Indonesia telah mendapat izin edar setelah
dilakukan evaluasiterhadap efektifitas, keamanan, dan mutu
vaksin oleh Komite Nasional PenilaiObat Jadi (KOMNAS POJ). Di negara-negara
maju, vaksin MMR digunakansecara luas untuk imunisasi anak.
e).Keamanan vaksin MMR telah dibuktikan dengan berbagai
penelitian di luar negeri.
Penelitian yang dilakukan mencakup pengamatan pasca pemasaran(post
marketing surveillance) selama 30 tahun terhadap 250 juta dosis vaksinMMR di lebih dari 40 negara di Eropa, Amerika
Utara, Australia, dan Asia.Laporan terakhir mengenai keamanan vaksin
telah pula dilakukan di Finlandiasejak tahun 1982 selama 14 tahun. Studi
tersebut dilakukan pada 1,8 juta anak yang menggunakan 3 juta dosis vaksin
MMR. Pemantauan dilakukan terhadapsemua kejadian serius setelah imunisasi dan
hasilnya menunjukkan tidak adalaporan kasus
autisme yang berhubungan dengan penggunaan vaksin MMR.Hasil tersebut sesuai
dengan Specific hypothesis driven studies yang pernahdilakukan sebelumnya. Berdasarkan kajian tersebut
diatas, DepartemenKesehatan dan
Kesejahteraan Sosial, Badan Pengawas Obat dan Makanan,dan Ikatan Dokter Anak
Indonesia mengambil kesimpulan bahwa tidak adakaitan antara kejadian autisme pada anak dengan imunisasi MMR.
Departemen
Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial, Badan Pengawas Obat Dan Makanan, dan Ikatan Dokter Anak Indonesia akan
terus memantau danmengkaji
efektifitas serta keamanan semua vaksin yang digunakan diIndonesia,
termasuk vaksin MMR.
23
Masyarakat dan segenap tenaga kesehatandi Indonesia diharapkan tidak perlu khawatir
mengenai keamanan vaksinMMR.
3. Imunisasi Penyebab Autis
?
Kekawatiran Terhadap Thimerosal Dan Autis Dr
Widodo Judarwanto SpADari waktu ke waktu jumlah penyandang spektrum Autis
tampaknya semakin meningkat pesat. Autis seolah-olah mewabah ke berbagai belahan dunia.
Di beberapa negara terdapat kenaikan angka kejadian penderita Autisme yang
cukup tajam. Autis adalah gangguan
perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan
keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi danin teraksi sosial. Di Amerika Serikat disebutkan
Autis terjadi pada 60.000 – 15.000anak dibawah 15 tahun. Kepustakaan lain
menyebutkan angka kejadian autis 10-20kasus dalam 10.000
orang.Kontroversi yang terjadi akhir-akhir ini berkisar pada kemungkinan
hubungan Autis dengan imunisasi anak.
Banyak orang tua menolak imunisasi karena mendapatkan informasi bahwa beberapa jenis imunisasi khususnya kandungan
Thimerosal dapat mengakibatkan
Autis. Akibatnya, anak tidak mendapatkan perlindungan imunisasi untuk menghindari penyakit-penyakit justru
yang lebih berbahaya. Penyakit tersebut adalah hepatitis B,
Difteri, Tetanus, pertusis, TBC dansebagainya.
Banyak penelitian yang dilakukan secara luas ternyata membuktikan bahwa Autis tidak berkaitan
denganthimerosal.
Memang terdapat teori
ataukesaksian yang menunjukkan bahwa Autis dan
berhubungan dengan thimerosal.Thimerosal atau
Thiomersal adalah senyawa merkuri organik atau dikenalsebagai sodium
etilmerkuri thiosalisilat, yang mengandung 49,6% merkuri. Bahan inidigunakan sejak tahun 1930, sebagai bahan pengawet
dan stabilizer dalam vaksin, produk biologis atau produk farmasi lainnya.
Thimerosal
yang merupakan derivatdari etilmerkuri, sangat efektif dalam membunuh bakteri
dan jamur dan mencegahkontaminasi bakteri terutama pada kemasan vaksin
multidosis yang telah terbuka.
23
Selain sebagai bahan pengawet,
thimerosal juga digunakan sebagai agen inaktivasi pada
pembuatan beberapa vaksin, seperti pertusis aseluler atau pertusis
”whole-cell”.Food and Drug Administration (FDA) menetapkan peraturan penggunaan
thimerosalsebagai bahan pengawet vaksin yang
multidosis untuk mencegah bakteri dan jamur.Vaksin tunggal tidak memerlukan
bahan pengawet. Pada dosis tinggi, merkuri dan metabolitnya seperti etilmerkuri dan metilmerkuri bersifat nefrotoksis
danneurutoksis.
Senyawa
merkuri ini mudah sekali menembus sawar darah otak, dandapat
merusak otak.WHO (Worls Health Organization),
FDA (Food and Drug Administration),EPA (US Enviromental Protection Agency), dan
ATSDR Amerika Serikat (Agencyfor
Toxis Substances and Disease Registry) mengeluarkan rekomendasi tentang batasan
paparan etilmerkuri yang masih bisa ditoleransi antara 0,1 – 0,47 ug/kg berat badan/hari. Kandungan yang ada di dalam vaksin
adalah etilmerkuri bukanmetilmerkuri.
Etilmerkuri hanya mempunyai paruh waktu singkat di dalam tubuh,sekitar 1,5 jam, selanjutnya akan dibuang melalui
saluran cerna. Sedangkanmetilmerkuri lebih lama berada di dalam tubuh.Pendapat yang mendukung Autis berkaitan dengan
Thimerosal : Terdapat beberapa teori, penelitian dan kesaksian yang
mengungkapkan Autisme mungkin berhubungan dengan imunisasi yang mengandung
Thimerosal. Toksisitas merkuri pertama kali dilaporkan tahun 1960 di
Minamata Jepang. Konsumsi ikan laut yangtercemari limbah industri,
sehingga kadar merkuri yang dikandung ikan laut tersebutmencapai 11 mcg/kg dan kerang 36 mcg/kg (batas toleransi kontaminasi
sekitar 1mcg/kg). Penelitian pada binatang ditemukan efek neurotoksik
etilmerkuri dan metilmerkuri. Ditemukan kadarnya di dalam otak cukup tinggi
pada metil merkuri.
Hal
inimenunjukkan bahwa merkuri dapat menembus sawar darah otak.Saline Bernard adalah perawat dan juga orang tua
dari seorang penderitaAutisme bersama beberapa orang tua penderita Autis
lainnya melakukan pengamatanterhadap
imunisasi merkuri.
24
Mereka
bersaksi di depan US House of Representatif (MPR Amerika) bahwa gejala
yang diperlihatkan anak Autis hampir sama dengan gejala keracunan merkuri Beberapa orang tua penderita
Autis di Indonesiapun, berkesaksian bahwa
anaknya terkena autis setelah diberi imunisasiPenelitian dan rekomendasi yang
menentang Thimerosal menyebabkan AutisSedangkan penelitian yang mengungkapkan
bahwa Thimerosal tidak mengakibatkanAutis
juga lebih banyak lagi. Kreesten M. Madsen dkk dari berbagai intitusi didenmark
seperti Danish Epidemiology Science Centre, Department of Epidemiology and
Social Medicine, University of Aarhus, Denmark Institute for Basic PsychiatricResearch, Department of Psychiatric Demography,
Psychiatric Hospital in Aarhus,Risskov,
National Centre for Register-Based Research, University of
Aarhus,Aarhus,Denmark, State Serum Institute, Department of Medicine,
Copenhagen,Denmark mengadakan penelitian bersama terhadap anak usia 2
hingga 10 tahun sejak tahun 1970 hingga tahun 2000.Mengamati 956 anak sejak tahun 1971 hingga 2000 anak dengan autis.
Sejak thimerosal digunakan hingga tahun 1990 tidak didapatkan
kenaikkan penderita auitissecara bermakna.
Kemudian sejak tahun 1991
hingga tahun 2000 bersamaan dengantidak digunakannya thimerosal pada vaksin
ternyata jumlah penderita Autis malahmeningkat drastis.
Kesimpulan penelitian tersebut adalah tidak ada hubungan antara pemberian
Thimerazol dengan Autis.Stehr-Green P dkk, Department of Epidemiology, School
of Public Health andCommunity Medicine, University of Washington, Seattle, WA,
bulan Agustus 2003melaporkan antara tahun
1980 hingga 1990 membandingkan prevalensi dan insiden penderita autisme di
California, Swedia, dan Denmark yang mendapatkan ekposur dengan imunisasi Thimerosal. Penelitian tersebut
menyimpulkan bahwa insiden pemberian
Thimerosal pada Autisme tidak menunjukkan hubungan yang bermakna.Geier DA dalam
Jurnal
Americans Physicians
Surgery tahun 2003menungkapkan bahwa
Thimerosal tidak terbukti mengakibatkan gangguan neurodevelopment (gangguan perkembangan karena persarafan) dan penyakit
jantung.
25
Melalui forum National
Academic Press tahun 2001, Stratton K dkk melaporkan tentang keamananthimerosal pada vaksin dan tidak berpengaruh
terhadap gangguan gangguanneurodevelopment (gangguan perkembangan karena
persarafan).Hviid A dkk dalam laporan di
majalah JAMA 2004 mengungkapkan penelitian
terhadap 2 986 654 anak pertahun didapatkan 440 kasus autis. Dilakukan pengamatan
pada kelompok anak yang menerima thimerosal dan tidak menerimathimerosal.
Ternyata tidak didapatkan perbedaan bermakna. Disimpulkan bahwa pemberian
thimerosal tidak berhubungan dengan terjadinya autis.
Menurut penelitian Eto, menunjukkan
manifestasi klinis autis sangat berbedadengan keracunan merkuri. Sedangkan
Aschner, dalam penelitiannya menyimpulkantidak
terdapat peningkatan kadar merkuri dalam rambut, urin dan darah anak
Autis.Pichichero melakukan penelitian terhadap 40 bayi usia 2-6 bulan yang
diberi vaksinyang mengandung thimerosal dan dibandingkan pada kelompok kontrol
tanpa diberithimerosal. Setelah itu dilakukan evaluasi kadar thimerosal dalam
tinja dan darah bayi tersebut. Ternyata thimerosal tidak meningkatkan
kadar merkuri dalam darah,karena etilmerkuri akan cepat dieliminasi dari darah
melalui tinja. Selain itu masih banyak
lagi peneliti melaporkan hasil yang sama, yaitu thimerosal tidak mengakibatkan
Autis.
Bagaimana
sikap kita sebaiknya ? Bila menyimak dan mengetahu kontroversitersebut tanpa memahami dengan jelas, maka
masyarakat awam bahkan beberapaklinisipun jadi bingung. Bila terpengaruh
oleh pendapat yang mendukung keterkaitanAutis
dan imunisasi tanpa melihat fakta penelitian lainnya yang lebih jelas.
Maka,akan mengabaikan imunisasi dengan segala akibatnya yang jauh lebih
berbahaya pada anak. Penelitian
dalam jumlah besar dan luas tentang Thimerosal tidak mengakibatkan
Autis secara epidemiologis lebih bisa dipercaya untuk menunjukan sebab akibat. Laporan beberapa penelitian dan
kasus jumlahnya relatif tidak bermakna dan dalam populasi yang
kecil.
25
Hanya
menunjukan kemungkinanhubungan
tidak menunjukkan sebab akibat. Beberapa institusi atau badan kesehatan dunia
yang bergengsi pun telah mengeluarkan rekomendasi untuk tetap meneruskan pemberian imunisasi MMR. Hal ini juga menambah
keyakinan bahwa memangThimerosal dalam vaksin
memang benar aman.Walaupun paparan merkuri
terjadi pada setiap anak, namun hanya sebagian kecil saja yang mengalami
gejala Autis. Peristiwa tersebut mungkin berkaitan dengan teori genetik, salah satunya berkaitan dengan teori
Metalotionin.Metalothionein merupakan
suatu rantai polipeptida liner tediri dari 61-68 asam amino, kaya sistein dan
memiliki kemampuan untuk mengikat logam. Pada penderita Autis tampaknya didapatkan
adanya gangguan metabolisme metalotionin. Gangguan metabolismetersebut
dapat mengakibatkan gangguan ekskresi (pengeluaran) logam berat (merkuri). Menurut
penelitian Eto, menunjukkan manifestasi klinis autis sangat berbeda dengan keracunan
merkuri. Sedangkan Aschner, dalam penelitiannya menyimpulkantidak terdapat peningkatan kadar merkuri dalam
rambut, urin dan darah anak Autis.Pichichero melakukan penelitian terhadap 40
bayi usia 2-6 bulan yang diberi vaksinyang mengandung thimerosal dan
dibandingkan pada kelompok kontrol tanpa diberithimerosal. Setelah itu
dilakukan evaluasi kadar thimerosal dalam tinja dan darah bayi tersebut.
Ternyata thimerosal tidak meningkatkan kadar merkuri dalam darah,karena
etilmerkuri akan cepat dieliminasi dari darah melalui tinja. Selain itu masih banyak lagi peneliti melaporkan hasil yang
sama, yaitu thimerosal tidak mengakibatkan Autis.
Bagaimana sikap kita sebaiknya ? Bila
menyimak dan mengetahu kontroversi tersebut tanpa memahami dengan jelas, maka
masyarakat awam bahkan beberapa klinisi
pun jadi bingung. Bila terpengaruh oleh pendapat yang mendukung keterkaitanAutis dan imunisasi tanpa melihat fakta penelitian
lainnya yang lebih jelas. Maka,akan mengabaikan imunisasi dengan segala
akibatnya yang jauh lebih berbahaya pada
anak.
26
Penelitian dalam jumlah besar dan luas tentang Thimerosal
tidak mengakibatkan Autis secara epidemiologis
lebih bisa dipercaya untuk menunjukan sebab
akibat. Laporan beberapa penelitian dan kasus jumlahnya relatif
tidak bermakna dan dalam populasi yang kecil. Hanya menunjukan
kemungkinanhubungan tidak menunjukkan
sebab akibat.
Beberapa institusi atau
badan kesehatandunia yang bergengsi pun telah mengeluarkan rekomendasi untuk
tetap meneruskan pemberian
imunisasi MMR. Hal ini juga menambah keyakinan bahwa memangThimerosal
dalam vaksin memang benar aman.Walaupun
paparan merkuri terjadi pada setiap anak, namun hanya sebagiankecil saja
yang mengalami gejala Autis. Peristiwa tersebut mungkin berkaitan denganteori genetik, salah satunya berkaitan dengan teori
Metalotionin. Metalothionein merupakan suatu rantai polipeptida liner tediri
dari 61-68 asam amino, kaya sisteindan memiliki kemampuan untuk mengikat logam.
Pada penderita Autis tampaknyadidapatkan adanya gangguan metabolisme
metalotionin. Gangguan metabolismetersebut dapat mengakibatkan gangguan
ekskresi (pengeluaran) logam berat (merkuri,dll)
dari tubuh anak autis.
Gangguan itu mengakibatkan peningkatan
logam beratdalam tubuh yang dapat
mengganggu otak, meskipun anak tersebut menerimamerkuri
dalam batas yang masih ditoleransi.Pada
anak sehat bila menerima merkuri dalam batas toleransi, tidak mengakibatkan
gangguan. Melalui metabolisme metalotionin pada tubuh anak, logam berat
tersebut dapat dikeluarkan oleh tubuh. Tetapi pada anak Autis terjadi gangguan metabolisme
metalotionin.Kejadian itulah yang menunjukkan bahwa imunisasi yangmengandung
thimerosal harus diwaspadai pada anak yang beresiko Autis, tetapi tidak perlu
dikawatirkan pada anak normal lainnya.Penelitian
atau pendapat beberapa kasus yang mendukung keterkaitanAutisme dengan imunisasi, tidak boleh diabaikan
bergitu saja. Sangatlah bijaksanauntuk
lebih waspada, bila anak sudah mulai tampak ditemukan penyimpangan perkembangan atau perilaku sejak dini.
27
Dalam kasus tersebut untuk
mendapatkanimunisasi yang mengandung Thimerosal harus berkonsutlasi dahulu
dengan dokter anak. Mungkin harus
menunda dahulu imunisasi yang mengandung thimerosal sebelum dipastikan diagnosis Autis dapat disingkirkan.
Dalam hal seperti ini, harus dipahami dengan baik
resiko, tanda dan gejala autis sejak dini.Bila
anak tidak beresiko atau tidak menunjukkan tanda tanda dini terjadinyaAutis
maka tidak perlu kawatir untuk mendapatkan imunisasi tersebut. Kekawatiranterhadap imunisasi tanpa didasari pemahaman yang
baik, akan menimbulkan permasalahan
kesehatan yang baru pada anak kita. Dengan menghindari imunisasi, beresiko terjadi akibat berbahaya dan dapat
mengancam jiwa. Bila anak terkena infeksi yang seharusnya dapat dicegah dengan
imunisasi.
H. Jadwal Pemberian
Imunisasi
1.Jadwal pemberian Vaksin Hepatitis
B diberikan dalam satu seri yang terdiridari
3 kali suntik.
•Pertama : Bila ibu
adalah pembawa virus dalam darahnya, makavaksin harus diberikan paling
lama 12 jam setelah lahir. Tetapi bila ibu bukan
pembawa virus, bisa diberikan pada kontrol di bulan pertamaatau kedua.
•Kedua : Kalau yang pertama diberikan segera setelah
lahir, yang keduadiberikan antara bulan
pertama dan kedua. Bila yang pertamadiberikan
setelah sebulan, maka yang kedua diberikan antara bulanketiga dan
keempat.
•Ketiga : Diberikan pada usia 6 bulan untuk yang
mendapatkan vaksin pertama sebelum
usia 1 bulan. Untuk yang mendapatkan vaksin pertama setelah usia 1
bulan, diberikan pada usia antara 6 s/d 18 bulan.
•Resiko yang mungkin
timbul Resiko serius yang berkaitan dengan pemberian vaksin HBV sangat
jarang terjadi. Biasanya efek sampinghanya bagian bekas suntik menjadi
kemerah-merahan.
•Menunda pemberian Bila
anak sakit lebih dari sekedar panas badanringan. Bila ada reaksi alergi
serius terhadap suntikan vaksin.
28
•Setelah pemberian Setelah vaksinasi panas badan anak
mungkin naik,dan juga daerah sekitar bekas suntikan menjadi merah. Untuk itu
anda bisa memakai obat penurun panas (Tempra, Sanmol, dll), dan
kompresdengan air hangat bagian bekas suntikan.
2.Jadwal
pemberian
Diberikan sebagai satu
seri yang terdiri dari 5 kali suntik.Yaitu
pada usia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 15 s/d 18 bulan dan terakhir saatsebelum masuk sekolah (4 s/d 6 tahun). Dianjurkan untuk
mendapatkanvaksin Td (penguat
terhadap difteri dan tetanus) pada usia 11 s/d 12 tahunatau paling lambat 5 tahun setelah imunisasi DTP
terakhir. Setelah itudirekomendasikan untuk
mendapatkan Td setiap 10 tahun.
•Resiko yang mungkin
timbul Seringkali pemberian vaksin inimenimbulkan panas badan ringan
atau panas di sekitar bekas suntikanyang diakibatkan oleh komponen pertussis
dalam vaksin.
•Menunda pemberian :
Bila anak sakit lebih dari sekedar panas badanringan. Bila anak memiliki
kelainan syaraf atau tidak tidak tumbuh secara normal, komponen
pertussis dari vaksin dianjurkan untuk tidak diberikan danhanya DT (difteri & tetanus) saja. Bila setelahmendapatkan vaksin DTP (DTaP) timbul gejala
seperti dibawahkonsultasikan dengan
dokter anak sebelum mendapatkan vaksinlainnya
: kejang-kejang dalam 3 s/d 7 hari setelah imunisasi kejang-kejang yang makin
memburuk dibanding sebelumnya apabila pernahmengalaminya reaksi alergi kesulitan makan atau gangguan padamulut,
tenggorokan atau muka panas badan lebih dari 40 derajatCelcius (105
derajat Fahrenheit) pingsan dalam 2 hari pertama setelahimunisasi terus menangis lebih dari 3 jam di 2 hari pertama setelahimunisasi
•Setelah pemberian :
Anak mungkin mengalami panas badan ringandan atau kemerah-merahan di
sekitar bekas suntikan. Untuk mencegah panas
badan kadangkala dokter anak memberikan resep obat sebelumimunisasi.
29
Segera hubungi dokter anak anda apabila timbul
gejala-gejala seperti diatas.3.HIB (Haemophilus Influenza Tipe B) Jadwal pemberian Diberikan pada
usia2 bulan, 4 bulan dan sekitar 6 bulan. Setelah itu diberikan sebagai penguat pada
usia 12 s/d 15 bulan.
•Resiko yang mungkin
timbul Sangat sedikit sekali efek sampinganyang pernah ditemukan, kecuali kemerah-merahan dan nyeri pada bagian
bekas suntikan atau panas badan ringan.
•Menunda pemberian Bila
anak sakit lebih dari sekedar panas badanringan. Bila ada reaksi alergi setelah imunisasi, maka pemberianvaksin
Hib berikutnya harus dihentikan.
•Setelah pemberian Persiapkan obat-obatan untuk penurun
panas badanringan.
4.POLIO
Jadwal pemberian
Diberikan pada usia 3 bulan, 4 bulan, 5 bulan, 12s/d 18 bulan dan saat sebelum
masuk sekolah (4 s/d 6 tahun). Imunisasi pertama dan kedua adalah IPV
sedang dua terakhir dengan OPV. Namunapabila
tidak ada gangguan dianjurkan untuk mendapatkan vaksin semuanyasecara IPV.
Untuk itu konsultasikan
dengan dokter anak anda mana yangterbaik untuk kasus anak
anda.
•Resiko yang mungkin
timbul Bagi anda yang belum pernahmendapatkan
imunisasi polio pada saat balita dianjurkan untuk imunisasi dengan IPV sebelum anak anda mendapatkan
vaksin poliosecara OPV. Ini untuk mencegah penularan virus polio hidup yangterkandung
dalam vaksin OPV ke anda.
•Menunda pemberian
Apabila anak memiliki gangguan kekebalantubuh, vaksin IPV lebih baik daripada OPV. Sebagai catatan,
untuk anak-anak tipe ini harus dihindari kontak dengan anak lain yang barusaja
menerima vaksin OPV sampai sekitar 2 minggu setelah vaksinasi.
30
Vaksin
IPV tidak boleh diberikan kepada anak yang memiliki alergiserius terhadap
antibiotika neomycin atau streptomycin. Untuk itusebaiknya
diberikan vaksin tipe OPV.
•Setelah pemberian
Untuk IPV, sering menimbulkan panas badanringan dan nyeri atau kemerah-merahan
di sekitar bekas suntikan.Untuk OPV tidak ada gejala pasca imunisasi
apapun.5.BCG Jadwal pemberian Diberikan satu
kali pada usia 2 bulan.
•Resiko yang mungkin timbul Jarang ditemui adanya reaksi
berlebihanterhadap vaksin ini.
•Menunda pemberian Bila
anak sakit lebih dari sekedar panas badanringan.
•Setelah pemberian Seperti vaksin lainnya cukup siapkan
obat penurun panas, apabila tidak ada gejala lain yang serius.6.MMR / CAMPAK Jadwal pemberian Diberikan sebagai
satu seri yang terdiridari dua kali pemberian. Yaitu pada usia 12 s/d 15 bulan
dan saat sebelummasuk sekolah (4 s/d 6 tahun) atau pada usia 11 s/d 12
tahun.
•Resiko yang mungkin
timbul Jarang sekali timbul masalah seriusakibat vaksin ini.
•Menunda pemberian Bila
anak sakit lebih dari sekedar panas badanringan. Bila memiliki alergi
terhadap telur atau antibiotika neomycin.Bila
menerima gamma globulin dalam selang waktu 3 bulan sebelumimunisasi.
Bila memiliki gangguan kekebalan tubuh akibat kanker atausedang menjalani
terapi kemo atau radiasi.
•Setelah pemberian Seperti vaksin lainnya cukup siapkan
obat penurun panas, apabila tidak ada gejala lain yang serius.
31
Tabel jadwal imunisasi umum
:
JADWAL
PEMBERIAN
|
JENIS
VAKSIN
|
Waktu
Lahir
|
BCG,Hepatitis
B (dosis I)
|
Umur
1Bulan
|
Hepatitis
B (dosis II)
|
Umur
2 Bulan
|
DPT
dan Polio (dosis I)
|
Umur
3 Bulan
|
DPT
dan Polio(dosis II)
|
Umur
4 Bulan
|
DPT
dan Polio(dosis III)
|
Umur
5 Bulan
|
Polio
(dosis IV)
|
Umur
6 Bulan
|
Hepatitis
(dosis III)
|
Umur
9 bulan
|
Campak
|
Umur
15 Bulan
|
MMR
|
Umur
18 Bulan
|
DPT(dosis
IV),Polio (dosis V)
|
Kls
1 SD
|
DT(dosis
I dan II)
|
32
BAB
III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Imunisasi merupakan hal yang terpenting dalam
usaha melindungi kesehatananak anda.
Imunisasi bekerja dengan cara merangsang timbulmya kekebalan tubuhyang akan melindungi anak anda dari
penyakit-penyakit sebagai berikut: polio,campak, gondongan, campak Jerman, influenza, tetanus, difteri dan
pertusis (batuk rejan).Tanpa
pemberian vaksin, jumlah kematian anak-anak yang ditimbulkan oleh penyakit
tersebut meningkat dan banyak orang yang mengalami komplikasi kronik setelah
menderita penyakit tersebut.
33
DAFTAR
PUSTAKA
1.Agung, I Gusti Ngurah, 2001.
Statistika Analisis Hubungan KausalBerdasarkan Data Kategorik.
Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa.
2.http://eprints.ums.ac.id/888/1/2008v1n102.pdf
3.http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=15&id=4 4.http://syehaceh.wordpress.com/2008/05/12/imunisasi-dan-faktor-yang-mempengaruhinya/ 5.http://www.ictjogja.net/kesehatan/C5_1.htm
6.http://vinadanvani.wordpress.com/2008/02/20/jenis-imunisasi-yang-diawajibkan-dan-dianjurkan/ 7.http://m.infeksi.com/articles.php?lng=en&pg=15&id=13
8.http://www.litbang.depkes.go.id/~djunaedi/documentation/vol.32_No.2/imunisasi.pdf 9.www.google.com
34